Kelompok Sosial dalam Konsep AGIL
(Studi Kasus Masyarakat Ciamis Desa Danasari, Dusun Sindanghayu)
Asumsi dasar tentang manusia (Soekanto, 2007: 100) bahwa sejak
dilahirkan sudah mempunyai dua hasrat atau keinginan pokok, yaitu:
1. Keinginan untuk menjadi satu dengan manusia lain disekelilingnya (yaitu
masyarakat);
2. Keinginan untuk menjadi satu dengan
suasana alam sekitarnya.
Kelompok sosial (Sunarto, 2000: 129) merupakan suatu gejala yang
sangat penting dalam kehidupan manusia, karena sebagian besar kegiatan manusia
berlangsung di dalamnya. Misalnya menjadi anggota dalam keluarga, menjadi warga
salah satu umat beragama, warga suatu suku bangsa atau kelompok etnik, warga
rukun tetangga, warga rukun kampung warga desa atau kota, warga negara Republik
Indonesia. Berdasarkan pernyataan tersebut maka jelas bahwa tanpa kita sadari
sejak lahir hingga ajal sebenarnya manusia menjadi anggota berbagai jenis
kelompok. Oleh sebab itu tidaklah mengherankan mengapa para Sosiolog senantiasa
mempunyai perhatian besar terhadap gejala pengelompokan manusia.
Adaptation (Adaptasi) dimaknai bahwa kelompok sosial
harus mampu menyesuaikan diri dengan
lingkungan yang dihadapi
atau dengan kelompok sosial lainnya. Salah satu studi kasus yang penulis teliti
yakni di dusun Sindanghayu, ada temuan bahwa kelompok sosial di daerah barat sindanghayu
begitu erat dengan di daerah Timur sindanghayu, karena mereka mampu beradaptasi,
juga memang karena letak geografisnya tidak terlalu jauh.
Goal Attainment (Pencapaian Tujuan Yang
Diharapkan) dimaknai bahwa
tujuan individu harus menyesuaikan dengan
tujuan sosial yang lebih besar agar tidak bertentangan dengan tujuan-tujuan
lingkungan sosial. Kasus di dusun
Sindanghayu secara keseluruhan memiliki satu visi, yakni individu tidak
bertentangan dengan lingkungan sosialnya. Contohnya dalam hal Pemotongan hewan
Qurban terpusat di lingkungan masjid daerah Timur sindanghayu, walaupun di
teritorial lain pun bisa saja menyelenggarakan pemotongan hewan qurban.
Integration (Integrasi/Kebersamaan) dimaknai menunjukkan adanya solidaritas sosial dari bagian-bagian yang
membentuknya serta berperannya masing-masing unsur tersebut sesuai dengan
posisinya. Kelompok sosial
di dusun Sindanghayu satu sama lain saling berintegrasi, sehingga menciptakan
masyarakat yang baik. Misalkan dalam hal kebersihan lingkungan mingguan, semua
warga masyarakat tentunya kelompok sosial, saling berintegrasi.
Latent Pattern Maintance (Pemeliharaan Pola
Latent) dapat
dimaknai, bahwa dari ketiga aspek tersebut perlunya pemeliharaan, agar
terciptanya masyarakat yang baik, seimbang, harmonis dan teratur.[]
0 komentar:
Posting Komentar