Kamis, 11 Juni 2015

Teori Sosiologi (Cara mudah mempelajari Sosiologi)



  • Teori sosiologi adalah rangkaian cara pandang yang mempelajari masyarakat dan fenomena sosial dan kaitannya dengan realitas sosial yang ada dan bisa digunakan untuk mengumpulkan struktur sosial dan proses sosial masyarakat.
  • Model Utama teori Sosiologi:  
     
Tingkat analisis
Makroskopis

Mikroskopis

Jenis penjelasan
Naturalistik
Sistemik
Naturalistik
Sistemik
Struktur
Teori organik
Struktur fungsional
Perilaku sosial
Teori PsikologiSosial
Proses
Teori konflik
Sosiologi radikal
Perilaku sosial
Teori PsikologiSosial

  • Paradigma Struktur-Fungsional, melihat masyarakat sebagai bagian sistem dari hubungan fungsional atau  Paradigma/ teori yang melihat fenomena masyarakat dari aspek Fungsi (masyarakat yang selalu stabil karena berdasarkan fungsi-fungsinya). Contoh Emile Durkheim dan Ferdinan Tonnies
  • Paradigma  Konflik, lebih memandang konflik sebagai poros sistem sosial atau Paradigma/ teori yang melihat fenomena masyarakat dari aspek konflik yang terjadi di tengah-tengah Masyarakat. contoh Karl Marx, Pobert Park, Vilvredo Pareto, Thorstein Veblen, Ralph Dahrendrof, C. Wright Mills.
  • Paradigma Perilaku Sosial lebih menekankan pada tingkat mikroskopik dan interpersonal atau Paradigma/ teori yang melihat fenomena masyarakat dari aspek perilaku sosial Masyarakatnya.Contoh Max Weber dan George Herbert Mead.
  • Persamaan: Ketiganya menitikberatkan pada konseptualisasi tatanan dan perubahan sosial dan ketiganya juga mencakup penjelasan sistemik dan naturalistik.

  • Perbedaan:

Paradigma
Organik-struktural-fungsional
Konflik-radikal
Perilaku dan Psikologi sosial
Tujuan
Mengembangkan teori umum masy.dengan pendekatan sistemik
Mengembangkan teori umum masy.dengan pendekatan sitemik
Mengerti bahwa individu adalah produk masyarakat
Pandangan
1. Masy. adalah sebuah sistem fungsional yang bagiannya saling berhubungan
2. Perlunya aturan-aturan sosial
3. Perlunya pembagian kerja
4. Perlunya dasar masalah sosial
1. Masy. adalah bagian dari sistem persaingan dan pertentangan.
2. Perlunya aturan-aturan sosial
3. Perlunya industrialisasi dan birokrasi
4. Perlunya dasar kebutuhan fisik
1. Masy. adalah sebuah parintah individu
2. Perlunya nilai dan harapan
3. Individu adalah produk sosial
4. Perlunya sosialisasi sebagai proses sosial
Pendekatan
1.Menerapkan hukum-hukum alamiah pada masyaaarakat
2.Menerapkan pembagian kerja
3.Menerapkan masalah sosial.
4.Menggunakan alasan alamiah maupun sistemik sebagai pembuktian.
1.Menerapkan pertentangan dan persaingan
2.Menerapkan idustrialisasi dan birokrasi
3.Menerapkan kebutuhan fisik
4.Menggunakan alasan alamiah dan sistemik sebagai pembuktian
1.Menerapkan naluri dan harapan
2.Menerapkan manusia sebagai mahluk sosial
3.Menerapkan sosialisasi pada masyarakat
4.Menggunakan alasan alamiah dan sistemik sebagai pembuktian

  • Teori sosiologi telah berkembang dari bersifat sosiologis, deskriptif, makroskopik, dan ideologis ke arah lebih ilmiah, ekplanatoris, mikroskopik, dan objektif dalam merespon intelektual masyarakat.

Kontek sosial dalam teori Sosiologi.

Kondisi Kemasyarakatan
Kondisi intelektual
Kondisi
boigrafi
Tipe teori
1. Kebutuhan sistematis:  Politik, sosial, dan      ekonomi
1. filsafat pencerahan,
 rasionalisme, dan
 naturalisme
1. Latar belakang dan     sosialisasi, sosio     ekonomi kelas atas
1. Struktur organik     fungsional
2. Konflik sosial dan  Penindasan:   Konflik kelas dan     pengaruh industialisasi
dan birokrasi

2. filsafat pencerahan,
 Rasionalisme, dan     naturalisme
1. Latar belakang
ekonomi kelas atas     dan kelas menengah
2. Konflik radikal
3. Perkemb. kebutuhan
 masyarakat industri:    perkemb. ilmu pengetahuan dan kehidupan
3. Pragmatisme
3. Latar belakang dan   sosialisasi, sosio     ekonomi kelas    menengah
3. Prilaku dan     Psikologi Sosial


Teori Sosiologi Tradisional
Paradigma ini mencakup: paradigam metafisik, teologi, filsafat, dan positivistik.
Konteks teori Sosiologi
  1. Konteks teori Organik, berkembang selama fase positivistik abad ke 19:
  1. Terpuruknya dan revolusi masy eropa menuntut tatanan sosial dan politik baru.
  2. Perkembangan industri mempercepat kemajuan ekonmi dan politik.
  3. Orientasi filsafat terhadap keterpurukan sosial dan perkembangan industri melahirkan sintesis dari filsafat pencerahan abad ke 18 dan positivistis abad ke 19
  4. Orientasi ini diarahkan untuk merefleksikan elit intelektual dari kelas yang lebih tinggi ke dalam wawasan masya yang konservatif dan sistemik.
B. Konteks teori Konflik,   berkembang selama fase positivistik abad ke 19 tetapi pengalaman yang berbeda: 
1.      Aspek yang ditekankan oleh filsafat pencerahan adalah kemajuan masyarakat, evolusi sosial, rasionalitas, kebebasan dan kebahagian manusia.
2.      Pengaruh darwinisme sosial menghadirkan konflik sebagai bagian dari evolusi sosial.
3.      Pengalaman perubahan konflik, didominasi masalah ekonomi oleh kaum elit.

C. Konteks Perilaku Sosial fokusnya pada level analisis atomik dengan menggunakan
     metode ilmiah:
  1. Pencerahan idealisme berkenaan dengan hakikat manusia yang bebas dan dinamis.
  2. Etika protestan dominan menekankan pada konsep individulistik, disiplin, dan kerja keras,
  3. Pengaruh pragmatisme Amerika, yaitu aliran filsafat yang menekankan metode ekperimen sebagai basis pembuatan kebijakan.
  4. Kebutuhan masyarakat urban menjadi meningkat.

Paradigma Organik
Tokoh utama teori organik mekanik-naturalistik adalah Comte dan Spencer.

  1. August Comte (1798)
Ia berasal dari keluarga raja yang beragama katolik. Belajar medik dan psikologi, filsafat positif, politik, dan ekonomi. Tujuannya adalah menghilangkan konstruk revolusi pada masyarakat modern, seperti mengorganisasikan masyarakat menurut paham positif. Ada 6 pokok pikirannya:
  1. Alam semesta ini diatur dengan beragam cara teologi, metafisika.
  2. Ada tiga tahapan pengembangan teologi, metafisika dan faham positif
  3. Semua ilmu pengetahuan adalah sosial
  4. Masyarakat terbagi dua: statis dan dinamis
  5. Basis teorti sosiologi, yaitu instink untuk kemanusiaan yang meliputi pelestarian perbaikan, dan instink sosial
  6. Kemajuan sosial berkembang di luar kegagalan
Karya: The Positive Philosophy (1830-1862), A General View of Positivism (1848)
Metodologi: Paham positif, observasi dan komparasi.

2.   Herbert Spencer (1820-1903)
Ia berasal dari keluarga di Inggris yang tidak patuh, pendidikan klasik di rumah, latar belakang victorian dan perubahan sosial eknomi di Inggris. Asumsi-asumsi Spencer:
  1. Evaluasi adalah proses universal dan menerapkan hukum alam.
  2. Model organik di antara manusia
  3. Masyarakat terbagi dua: statis dan dinamis
  4. Alam semesta adalah keadaan yang tetap dalam berevolusi dan penghancuran
  5. Kesatuan organik masyarakat tidak terpisahkan
  6. Hubungan dalam masyarakat dapat dibandingkan dalam hubungan-hubungan organik.
Karya: Social statics (1850), First Principle (1862), The study of Sociology ( 1973)
Metodologi: deduksi, induksi, komparasi, dan data sejarah dan etnis.

3. Emile Durkheim (1858-1917)
Teorinya tidak kaku seperti di atas. Ia berasal dari keluarga Yahudi, ahli hukum dan filsafat positif. Lahir dalam tradisi pencerahan dan latar belakang kekacauan sosial politik di Prancis. Tujuannya memahami fenomena sosial dan pengaruhnya terhadap problema sosial yang berlawanan dengan penjelasan psikologis. Asumsi-asumsi:
  1. Masyarakat merupakan kesadaran kolektif secara keseluruhan
  2. Faktor sosial adalah nyata
  3. Penyatuan datang dari persamaan
  4. Kesatuan datang dari  pembagian kerja
  5. Kekuatan berasal dari pemikiran-pemikiran masyarakat
  6. Faktor sosial menggambarkan kebutuhan-kebutuhan masyarakat
  7. Perubahan-perubahan dalam jumlah penduduk, dan pembagian kerja dan penurunan solidaritas sosial dari mekanik ke organik
  8. Penyimpangan dalam masyarakat mendorong perubahan perkembangan norma.
Karya: The elementary form of Religious life, The rules of sociological Method.
Metodologi: fakta social sesuatu yang dapat diukur, komparasi, dan bukti-bukti.

  1. Ferdinand Tonnies (1855-1936)
Ia berasal dari keluarga petani yang dibesarkan di masa pencerahan, mengalami keterpurukan ekonomi dan perkembangan industri. Tujuannya memahami masyarakat sebagai fungsi kehendak manusia. Asumsi-asumsi:
  1. Masyaarkat adalah produk kehendak manusia
  2. Perilaku kehendak individu menyatu membentuk perilaku kolektif
  3. Interaksi menggambarkan perilaku kehendak dalam bentuk saling tukar
  4. Ada dua tipe kehendak: natural dan rasional
  5. Masyarakat adalah suatu kesatuan organik.
Karya: Gemeinschaft and Gesslellschaft (1887) dan Introduction Sociology (1931)
Metodologi: Sosiologi murni, terapan, dan empiris. Juga metode induksi historis.

Asumsi umum teori organik sistemik:
  1. Masyarakat adalah suatu sistem yang saling berhubungan dan bersifat organik
  2. Sistem sosial ini berkembang sejalan dengan kebutuhan yang mendasari
  3. Masyarakat mengalami perkembangan dari tradisional, nonindustri, industri, dan modern.
  4. Struktur sosial terdiri atas struktur normatif masyarakat yang berlandaskan sistem pembagian kerja yang mengikutinya.
  5. Secara umum, sistem sosial terbagi dua: struktur sosial (masyarakat statis) dan proses sosial (masyarakat dinamis).

Paradigma Konflik.
Tokoh utama teori ini adlah Karl Marx, Robert Park, Vilfredo Pareto, dan Thorstein Veblen.

  1. Karl Marx (1818-1883)
Ia bersal dari keluarga Yahudi, mempelajari hukum, filsafat, dan sejarah. Aktif di jurnalisme. Hidup pada masa pencaerahan dan latar belakang penindasan politik Jerman. Asumsi-asumsi:
  1. Keberadaan menentukan kesadaran
  2. Materi menentukan non materi
  3. Masyarakat berakar pada kondisi hidup materialnya
  4. Dialektika: evolusi substruktur dan superstruktur menyebabkan perubahan
Karya: Critique of Political Economy (1867) dan Manifesto komunis (1848)
Metodologi: Sosiologi histories dan dialektika.

  1. Robert Park (1864-1944)
Ia adalah anak seorang pengusaha, belajar filsafat dan psikiologi, penganut idealisme. Tujuannya sampai ke hukum alam tentang manusia dan masyarakat tanpa memperdulikan tempat dan waktu. Asumsi:
  1. Dasar stabilitas sosial adalah proses evolusi
  2. Individu terus menerus berjuang mempertahankan eksistensinya dan bersaing.
  3. Proses evolusi menghasilkan tatanan alam bagi individu, kelompok, masyarakat, organisasi
  4. Dominasi dan suksesi adalah proses ekologi yang utama
  5. Sistem sosial terdiri dari tatanan ekologi, ekonomi, politik, dan moral
  6. Perubahan sosial adalah suatu proses yang berurutan
  7. Konsep individu menentukan status sosial
Karya: The Immigrant Press and its control (1922) dan Introduction to the science of Sociology (1921).
Metodologi: studi kasus dan sejarah.

  1. Vilfredo Pareto (1848-1923)
Ia adalah keluarga bangsawan, ahli ekonomi, berkecimpung dalam politik, bisnis, dan akademik. Ia lahir pada era pencerahan dengan latar belakang konflik politik italia. Tujuannya: Mengidentifikasi dan menginterpretasi kekuatan-kekuatan real yang menentukan keseimbangan dalam sistem masyarakat. Asumsi:
  1. Aktivias sosial: logis dan non logis
  2. Bagian terbesar aktivitas sosial didasarkan atas aksi non logis
  3. Kealas-kelas kekuatan sosial dan derivasi
  4. Pembagian yang berbeda pada kekuatan sosial
  5. Sirkulasi elit
Karya: Course in political economy (1896) dan The socialist system (1901)
Metodologi: Identifikasi dan klasifikasi residu-residu dan distribusi, metode ilmiah.

  1. Thorstein Veblen (1857-1929)
Ia anak seorang petani Norwegia, pendidikan klasik, filsafat moral. Berkarir di akademis dan di pemerintahan. Hidup di era perluasan industri di Amerika. Tujuannya ialah pembelajaran evolusi melalui pendekatan sosiologi ketimbang ekonomi klasik. Asumsi:
  1. Sifat alami manusia ada 3: bakat dari orang tua, kecakapan kerja, dan keingintahuan yang tak berarti.
  2. Keingintahuan yang tak berarti mengarah pada perubahan teknologi.
  3. Nilai-nilai berinteraksi dengan teknologi yang sedang berjalan.
  4. Kepentingan ekonomi menghasilkan pertumbuhan kebudayaan
  5. Evolusi organik dan saling bergantung
  6. Perubahan terakumulasi dan berhubungan dengan: adaptasi terhadap lingkungan, tidak ada hasil, dan bersifat kompetitif
  7. Hasil evaluasi berjalan melalui tingkat yang berbeda.
Karya:  The Theory of Leisure Class (1899), The theory of Business Enterprise (1914), dan The Instinct of workmanship (1914).
Metodologi: Dampak teknologi pada sejarah, ekonomi, dan kebudayaan

Asumsi umum teori konflik:
  1. Masyarakat adalah sebuah system dari unsure-unsur yang bersaing berdasarkan pembagian system tenaga kerja dan sifat pembawaan.
  2. Masyarkat melihatkan keadaan temporer atas keseimbangan
  3. Materi dan naturalistik menentukan nonmateri dan normatif
  4. Nonmateri dan normatif mempengaruhi evolusi sosial
  5. Evolusi mengiringi sejumlah taraf pembeda
  6. Evolusi menggerakkan masyarakat terhadap meningkatnya konflik, perkembangan kapitalis, dan ekploitasi kalangan elit.


Paradigma Perilaku Sosial
Paradigma ini memiliki ciri-ciri: mikroskopik, evolusioner, tipe sistematik, dan naturalistik Tokoh-tokoh sistematik: Weber dan Mead. Naturalistik: George Simmel dan William Sumner.
Kondisi Sosial
1.      Industrialisasi  
2.      Urbanisasi  
3.      Dominasi politik                         
Kondisi intelektual       
1.  Idealisme                   
2.  Evolusi sosial             
      3.  Keataan 
4.  Pragmatisme
Kondisi biografi
1.   Sebagian besar penganut Protestan
2.   Pendidikan masyarakat
3.   Karir akademik
                                                            
1.  Max Weber (1864-1929)
Ia berasal dari keluarga Protestan, ahli ekonomi, sejarah, hukum filsafat, dan teologi. Aktif di akademik dan politik. Dididik dalam idealisme Jerman. Tujuannya memahami pengertian interpretatif aksi sosial. Asumsi:
  1. Pengertian aksi secara subjektif
  2. Jenis dan pengertian
  3. Tingkah laku sosial dalam rasionalitas bervariasi
  4. Emapat jenis tingkah laku sosial
  5. Seleksi alami mengarah ke rasionalisasi
  6. Rasionalisasi dihasilkan di dalam birokrasi

Karya:
The Protentant Ethic and The spirit of Capitalism (1950) dan Sociology of Religion (1920).
Metodologi: Pengertian interpretative dan percobaan imajiner.

  1. George Mead (1863-1931)
Ia dari keluarga normatif, ahli filsafat, akademisi di Univ. Chicago, dididik secara pragmatis dan idealis. Hidup pada masa urbanisasi dan industrialisasi di Amerika. Tujuannya  mempelajari tingkah laku individu dalam proses sosial. Asumsi:
  1. Individu adalah rasional dan produk dari hubungan sosial
  2. Masyarakat adalah dinamis dan berevolusi, menyediakan perubahan dan sosialisasi yang baru dari individu.
  3. Realitas adalah bersifat individu dan sosial
  4. Interaksi sosial meliputi pikiran, bahasa, kesadaran diri
  5. Interaksi mengarah pada komunikasi non verbal
  6. Bahasa menciptakan pemikiran dan kelompok
  7. Sikap dan emosi dipelajari melalui bahasa
  8. Sosial memiliki aspek kreatif dan spontan.
Karya: Mind, self, and society (1934). Metodologi: Mempelajari tingkal laku individu.

  1. George Simmel (1858-1918)
Ia berasal dari keluarga Yahudi, ahli sejarah dan filsafat. Akademisi di Univ. Berlin. Tujuannya: Mempelajari masyarakat merupakan hubungan sosial dari individu. Asumsi:
  1. Masyarakat adalah individu yang saling berinteraksi
  2. Individu adalah produk masyarakat.
  3. Karakteristik kelompok tertentu membentuk struktur interaksi dan asosiasi
  4. Dalam kelompok kerja akan ada persaingan
  5. Persaingan merupakan instink yang mengarah pada konflik, terjadi evolusi sosial
Karya: On Social Differentiation (1890) dan Philosophy of Money (1990)
Metodologi: Mempelajari masyarakat melalui interaksi antar individu.

  1. William Sumner (1840-1910)
Ia adalah anak mekanik Inggris, ahli teologi berpendidikan Spencer dan Darwin. Hidup pada masa perkembangan ekonomi, politik, dan sosial. Tujuannya penerapan metode ilmiah dalam fenomena normatif. Asumsi:
  1. Evolusi sebagai dasar pembentukan masyarakat
  2.  Perilaku dibentuk oleh adat istiadat
  3. Kebiasaan berkembang sebagai reaksi dari kepentingn-kepentingn individu
  4. Kebiasaan dimanifestasikan melalui ritual.
  5. Adat istiadat adalah dinamis menuju perubahan.
Karya: Folkways (1906) dan The Science of Society (1927)
Metodologi: aplikasi metode ilmiah pada fenomena normatif

  
Asumsi umum paradigma perilaku sosial:
  1. Masyarakat adalah suatu perkembangan dari sistem fenomena normatif
  2. Perilaku sosial adlah suatu fungsi nilai dan kepentingan
  3. Seperti perubahan fenomena normatif, terjadi perubahan sosial
  4. Menghubungkan antara individu dan masyarakat berdasarkan dialektika, yang berkontribusi pada evolusi sosial.
A.    Jelaskan tokoh Sosiologi Kontemporer!
Teori struktur fungsional, lanjutan paradigma organik. Tokoh-tokohnya Talcott Parsons, Walter Buckley, Amitai Etzioni, Edward Tiryakian.

  1. Talcott Parsons (1902)
Ia lahir di Colorado, berpendidikan biologi, fungsionalisme antropologi, dan sosiologi Weber. Berkarir di Universitas Harvard, mengalami depresi, perang dunia, dan industrialisasi. Tujuannya mengembangkan teori umum masyarakat. Asumsi:
  1. Sistem sosial memunculkan sui generis, yaitu masyarakat sebagai realitas
  2. Struktur sosial menggambarkan fungsi AGIL
  3. Sistem sosial meliputi 4 subsistem: komunitas, pola pertahanan, pemerintahan, dan ekonomi.
  4. Masyarakat sama dengan sistem biologi dan natural.
  5. Sistem tidak statis, tetapi evolusi dan adaptif. Evolusi melalui pembedaan dan penyesuaiaan
  6. Budaya Kristen (Barat) penggerak utama proses evolusi dan modernisasi masyarakat.
Karya: The Structure of Social Action (1937) dan Toward a General Action (1971)
Metodologi: deduksi historis yang didasarkan analogi biologi.

  1. Walter Buckley (1927)
Ia berpendidikan di Univ. Brown dan Wisconsin. Ahli sosiologi dan Mobilitas Sosial. Berkarir sebagai akademisi. Tujuannya penerapan teori sistem modern pada sosiologi. Asumsi:
  1. Organisasi sebagai bentuk temporer bergantung pada arus balik informasi
  2. Masyarakat sebagai struktur dan proses
  3. Sistem sosiologis dan sosiokultural, morfostatis dan morfogenesis
Karya: Sociology and Modern System Theory (1967). Metodologi: prinsip sibernatika.

  1. Amitai Etzioni (1929)
Pendidikan di Univ. Hebrew dan Berkelay dan berkarir di Univ. Columbia. Perhatiannya pada perencanaan dan perubahan sosial. Tujuannya perkembangan makrososiologi untuk memperbesar tujuan masyarakat. Asumsi:
  1. Unit skup makro memiliki kualitas yang jelas
  2. Eksistensi unit, subunit, dan supraunit
  3. Relasi, situasi, sistem, dan komunitas
  4. Pemerintah sebagai alat kontrol yang paling penting
  5. Kontrol dan dimensi formasi konsensus.
Karya: A Comparative Analysis of Complex Organization (1968) dan The Active Society (1968). Metodologi:  Aplikasi kontrol sukarela terhadap pengembangan masyarakat.


5.  Edward Tiryakian (1929)
Pendidikan di Princenton dan Harvard. Berkarir di Harvard. Tujuan mengembangkan teori fenomenologis untuk tercapainya perubahan kultur sosial. Asumsi:
  1. Pandangan fenomena struktur sosial, fenomena sosial memiliki aspek tertentu
  2. Institutualisasi, elemen-elemen sekuler dan keagamaan
  3. Tatanan sosial sebagai regulasi irrasional
  4. Kultur adalah seperangkat simbol terpadu.
Karya: Sociologism and Existensialism (1962)
Metodologi: Aplikasi fenomenologi terhadap problem perubahan sosial secara teratur

Teori Konflik Modern (Lanjutan paradigma teori konflik).
Tokoh: Dahrendorf, Wright Mills, Coser, dan Reisman.

1. Ralf Dahrendorf (1929)
Ia dididik di. Hamburg dan London University. Berkarir di Univ. Stanford dan LSE.
Tujuannya mengembangkan teori umum kelompok dan perubahan social. Asumsi:
4.      Teori kekerasan masyarakat
5.      Kelompok yang teratur perintah
6.      Setiap kelompok mempunyai kepentingan tersembunyi
7.      Kepentingan yang tersembunyi mungkin diwujudkan dalam kepentingan nyata
8.      Perwujudannya bergantung pada kondisi organisasi
9.      Intensitas kekerasan bergantung pada kondisi sosial
Karya: Class and Conflict Class. Metodologi: Aplikasi Marx dan Marx terhadap kelompok konflik pada masyarakat industri.

2. C. Wright Mills (1916-192)
Ia kuliah di Winconsin, akrab dengan Weber, dan beraliran radikal Tujuannya aplikasi imajinasi sosiologi bagi pengertian susunan sosial. Asumsi:
  1. Realitas sosial adalah gabungan dari biografi sejarah
  2. Industrialisasi mengakibatkan rasionalisasi
  3. Rasionalisasi meningkatkan sentralisasi dan elitisme dan pengangguran
  4. Rasionalisasi mengurangi kebebasan dan meningkatkan keterasingan.
Karya: White Collar (1951) dan The Power Elite (1956). Metodologi: menerapkan keterampilan klasik.

  1. Lewis Coser (1913)
Ia adalah seorang Jerman yang kuliah di  Univ. Columbia, akrab dengan Simmel, berkarir di Univ. Stoony Brook. Tujuannya menganalisis fungsi dari konflik. Asumsi:
  1. Konflik meningkatkan adaptasi sosial
  2. Konflik bermula dari tuntutan rasio penghargaan
  3. Struktur sosial bisa berbentuk tertutup dan terbuka
  4. Konflik bisa menjadi fungsional bagi sistem sosial.
Karya: The function of social conflict (1956) dan Master of Sociological Thought (1971). Metodologi: penerapan dan perluasan teori Simmel dalam analisis konflik.

  1. David Reisman (1909)
Ia alumni univ. Harvard dan berkarir di sana. Minat bidang karakter pentididkan dan sosial. Tujuannya menganalisis perubahan karakter sosial di Amerika. Asumsi:
  1. Karakter sosial menyebar di kelompok-kelompok sosial penting.
  2. Karakter sosial menggambarkan mode-mode penyatuan masyarakat
  3. Karakter sosial tergantung atas rasio masyarakat kurva S
  4. Perubahan sosial meurpakan fungsi perubahan demografis.
Karya:  The Lonely Crowd (1950) dan Individualism Reconsidered (1954). Metodologi: Aplikasi teori ekonomi dan demografi terhadap perubahan sosial.
Asumsi Umum Teori Konflik Modern: Masyarakat merupakan sistem kompetisi kelompok. Konflik sosial muncul karena kelangkaan sumber dan monopoli. Kontribusi konflik sosial dapat mengevolusi masyarakat dan adaptasi.



Teori Psikologi Sosial (lanjutan paradigma Perilaku sosial)
Tokoh-tokohnya: Herbert Blumer, Erving Goffman, Peter Blau, dan H. Garfinkel.

  1. Herbert Blumer (1890)
Ia alumni univ. Missaouri dan Chicago. Mendapat pengaruh Mead. Tujuannya memahami perspektif interaksi simbolik dlm memahami interaksi manusia. Asumsi:
1.  Tindakan didasarkan pada makna dan objek.
2.  Tindakan diinterpretasi dan dikonsruk.
3.  Tindakan meliputi diri dan peran yang diambil.
4.  Organisasi sosial dinamis
Karya: Simbolic Interaction, Perpsective and Method (1969). Metodologi: penerapan konsep Mead dalam menganalisis interaksi sosial.

  1. Erving Goffman (1922)
Ia alumni Univ. Toronto dan berkarir di Univ. Berkeley, dan tertarik pada interaksi sosial. Tujuannya: Menganalisis penampilan diri dalam interaksi sosial. Asumsi:
1.  Citra timbal balik merupakan faktor penting.
2.  Setiap individu membangun perilaku”depan”
3.  Perilaku depan terlambagakan
4.  Terdapat dramatisasi dan idealisasi perilaku depan 5.  Terdapat tim dan ruang untuk setiap anggota tim.
Karya: The Presentation of Self in Everyday Life (1959) dan Asylum (1961).
Metodologi: Menerapkan analogi dramaturgi dalam menganalisis interaksi sosial.

  1. Peter Blau (1918)
Ia alumni Univ. Columbia dan berkarir di Univ. Chicago, tertarik pada proses-proses organisasi. Tujuannya menganalisis perkumpulan sosial dan proses pemerintahan. Asumsi: 
1.      Proses komplek perkumpulan berkembang menjadi tidak sederhana
2.      Daya tarik sosial merangsang adanya pertukaran
3.      Pertukaran menghasilkan pembedaan status dan kekuasaan
4.      Organisasi dan legitimasi kekuasaan muncul
5.      Ketidakseimbang dalam tata hubungan menyebabkan konflik
6.      Dialektika ketidakseimbangan mempresentasikan basis dinamika sosial.
Karya: The Dynamic of Bureucracy (1955) dan Exchange and Power in Social Live
Metodologi: mengaplikasikan teori pertukaran pada tataran Makro.

  1. Harold Garfinkel (1917)
Ia alumni univ. Harvard dan berkarir di UCLA dan tertarik pada organisasi sosial. Tujuannya memahami karakteristik rasional kehidupan sehari-hari (ethnomethology). Asumsi:
1.      Terdapat suatu tatanan moral yang diterima dan dijadikan dasar dalam memandang realitas
2.      Tatanan moral ini menjadi acuan organisasi
3.      motivasi individu disesuaikan dengan tatanan moral
4.      Situasi sosial bersifat mengorganisasi diri sendiri
5.      Proses pengorgansasian membentuk realitas.
Karya: Studies in Ethnomethodology (1967). Metodologi: Penerapan rasionalitas Schutz dan model realitas sosial pada gejala sosiologis.

Asumsi umum paradigma perilaku sosial modern:
  1. Masyarakat ditempatkan dlam perspektif individu dan realitas sosial
  2. Persepsi ini bersifat dinamis dan saling berpengaruh dalam proses interaksi sosial
  3. Interaksi sosial dibatasi oleh sejumlah kondisi situasional
  4. ainteraksi sosial menyebabkan munculnya bentuk-bentuk, sosiasi, dan rangkaian yang dinamis
Interaksi sosial juga memiliki kekuatan rasionalisasi yang mengorganisasikan sendiri sebagai dasar organisasi sosial secara umum.


Sumber: Kisi-Kisi Ujian Komprehensif Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung 2014.

0 komentar:

Posting Komentar