Rabu, 11 September 2013

SELAYANG PANDANG TENTANG GENDER


SELAYANG PANDANG TENTANG GENDER
Oleh: Agus Mauluddin, Mahasiswa Sosiologi Semester V (Copyright)



Argumen Kesetaraan Jender
Sering kita mendengar istilah gender, dalam dunia akademik misalnya, maupun dalam topik obrolan-obrolan santai. Gender menjadi sebuah topik yang debatable dan seakan-akan menjadi suatu yang tak lekang dimakan zaman untuk diperbincangkan. Fenomena gender dalam masyarakat tentunya tidak terlepas dari aspek masyarakatnya, lingkungannya, juga dilihat secara culture, maupun bentukan masyaratat yang bisa jadi begitu kentara.
Dalam buku karya Prof. Dr. Nasaruddin Umar, MA., sebuah pendahuluan, dijelaskan ada 2 teori besar tentang gender ini. pertama, Teori nature yakni teori yang menyebutkan bahwa adanya pembedaan antara derajat laki-laki dan perempuan karena memang secara alamiah. Bisa kita lihat secara alamiah, biologis, bahwa gerak perempuan seakan-akan terbatasi oleh hal yang bersifat biologis, semisal mengandung, melahirkan, menyusui. Hal tersebut seakan-akan menjadi suatu penghambat bagi gerak seorang perempuan dan hal seperti itu tidak terjadi pada laki-laki. Secara esensial bahwa lak-laki memang lebih superior dari pada perempuan. Apalagi jika dilihat secara historis, pada zaman peperangan kala itu peran laki-laki menjadi sangat penting, karena memang dalam peperangan diperlukannya “kekuatan” tanpa ada banyak yang membatasi dan perempuan itu terbatasi oleh hal-hal yang bersifat biologis tadi. Kedua, teori nurture yakni adanya penyebutan derajat laki-laki lebih tinggi dibandingkan derajat perempuan itu hanya karena konstruk masyarakat saja, atau bentukan sosial saja.
Secara intisari masih dalam buku Nasaruddin Umar dalam pengantar dari Prof. Dr. Quraish Shihab, MA  disebutkan bahwa antara laki-laki dan perempuan itu saling melengkapi, saling menyempurnakan, menjadi seorang partner satu sama lain. Seperti yang dicontohkan dalam keluarga Rasulullah SAW, istri Rasul Zainab pun pernah melakukan pekerjaan “kasar” yakni menyimak kulit binatang, begitu pun Rasul sendiri melakukan pekerjaan “rumah” semisal menjahit pakaian robeknya sendiri, juga menyediakan minuman untuk anak dan istrinya.
Selayang pandang tentang gender tersebut walaupun begitu singkat, mudah-mudahan dapat diserap dengan baik dan ada hikmah yang terkandung didalamnya. Segala Puji hanya milik-Nya dan hanya bersumber kepada-Nya, manusia hanya bisa berusaha untuk mendekati ilmu-Nya, dan mudah-mudahan ilmu yang dituangkan manusia tidak terlalu jauh akan menuju kebenaran.[]

0 komentar:

Posting Komentar