Penghayatan Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia
Prolog
Sering kita mengetahui akan sesuatu,
hanya secara lafal kita mengetahui, secara historis kita memahami hingga runtut
peristiwa-peristiwa sejarah yang ditorehkan oleh tinta emas. Akan tetapi apakah
kita mengetahui dengan penuh penghayatan terhadap historis tersebut? Bisa ia
bisa tidak. Yang pastinya kita flashback lagi
betapa gigihnya para pejuang bangsa dalam mendapatkan kemerdekaan dari para
penjajah dan mempertahankan kemerdekaannya itu. Kita selaku anak bangsa yang
hanya menikmati hasil jerih payah para pejuang bangsa. Hal seperti ini seharusnya
menjadi renungan bagi kita. Para founding father yang telah gigih merebut
kemerdekaan dan kita selaku anak bangsa yang hanya menikmati kemerdekaannya ini
harus bisa berjuang pula, gigih dalam menjaga kemerdekaan.
Tulisan sederhana ini akan menceritakan
kembali sejarah proklamasi kemerdekaan Indonesia, bukan hanya sebatas sejarah
yang ditorehkan lewat tulisan ini, akan tetapi behind phenomenon tersebut. Agar anak bangsa bisa menghayati
perjuangan para pendiri bangsa Indonesia ini dengan penuh penghayatan di setiap
torehan tulisan ini.
Renungan
histories perjuangan kemerdekaan bangsa
Hostories kemerdekaan bangsa, diawali terjadinya
peristiwa bom Atom di kota Hirosima pada tanggal 6 Agustus 1945 dan disusul di
kota Nagasaki pada tanggal 9 Agustus 1945. Jepang dipaksa menyerah tanpa syarat
kepada sekutu, yang diketuai oleh Amerika Serikat. Hal tersebut tidak
disia-siakan oleh para pejuang bangsa. Ada dua golongan pejuang bangsa, yakni
dari golongan tua dan golongan muda. Golongan muda berpandangan, dengan
terjadinya peristiwa tersebut golongan muda menginginkan bangsa Indonesia
cepa-cepat memerdekakan diri. Akan tetapi golongan tua tidak mensepakatinya.
Golongan tua menganggap keputusan golongan muda untuk cepat-cepat memerdekakan
bangsa itu terkesan terburu-buru, ditakutkan bangsa Indonesia belum siap dan
bisa terjadinya pertumpahan darah. Rakyat Indonesia yang harus banyak
berguguran dan banyak lagi korban dari ketidak berperikemanusiaannya para penjajah.
Diadakannya perundingan untuk membentuk
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) atau dalam bahasa Jepangnya Dokuritsu Junbi Inkay. Akan tetapi PPKI
ini tidak disepakati oleh golongan muda, karena dirasa adanya intervensi
jepang. Golongan muda menginginkan proklamasi kemerdekaan indonsia diberitakan
melalui radio agar bisa diketahui oleh seluruh bangsa.
Golongan muda memutuskan untuk menculik
Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta ke Rengas dengklok. Mereka beralasan agar
Soekarno dan Moh. Hatta tidak terintervensi oleh jepang. Golongan tua dan
golongan muda mengadakan suatu perundingan. Dimana dari golongan Tua berhasil
menenangkan golongan muda untuk tidak terburu-buru dalam memproklamasikan bangsa.
Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta pun kembali ke Jakarta. Sesampainya di Jakarta
langsung menuju ke kediaman Laksamada Maeda untuk merumuskan Proklamasi bangsa yang
dirasa aman dari jepang. Karena bagaimana jadinya jika dalam perumusan
proklamasi itu diketahui jepang, bisa saja para pejuang bangsa akan diberi
hukuman secara kejam tidak berperikemanusiaan. Semalaman suntuk para pejuang
bangsa merumuskun teks proklamasi, tak kenal lelah, tak kenal menyerah, dengan
gigih, tanpa pamrih, hanya untuk kebebasan bangsa Indonesia ini dari para
penjajah.
Konsep naskah proklamasi yang disepakati yaitu
konsep naskah Ir. Soekarno. Dan teks proklamasi diketik oleh Sayuti Melik.
Pembacaan teks proklamasi dilakukan di
kediaman Ir. Soekarno di jalan pegangsaan timur No. 56 Jakarta karena dirasa
lebih aman. Tepatnya pada jam 10.00 WIB, hari jumat teks proklamasi dibacakan.
Epilog
Sekedar review, bahwa perjuangan bangsa Indonesia dalam mendapatkan
kemerdekaan tidak semudah yang dibayangkan, apalagi sekarang di era dewasa ini
anak bangsa hanya sudah bisa menikmati an
sich apa yang sudah diperjuangkan oleh para pahlawan yang gigih dalam
membela bangsa tercinta. Mari kita implementasikan esensi-esensi perjuangan
yang telah ditorehkan oleh para pahlawan bangsa di era dewasa ini.
0 komentar:
Posting Komentar