Sabtu, 02 Maret 2013

Konvergensi antara Rural dan Urban


Konvergensi antara Rural dan Urban
Sebuah Refleksi Jurnal
Oleh: Agus Mauluddin, Sosiologi A IV (copyright)




Ketika kita membicarakan urban atau kota, kita pun tidak terlepas dari yang namanya desa. Berbicara tentang kota yang ada dalam pikiran kita itu masyarakatnya heterogen, modern, maju. Dan desa adalah antitesis dari urban an sich. Timbul pertanyaan, apakah kota hanya berkutat seputar itu? Dan sering orang mengkonotasikan desa itu declining? Akan tetapi perlu kita ketahui, antara kota dan desa ada konvergensi diantara kedua term tersebut.
Berangkat dari tulisan Dr. Ir. Arief Daryanto, M. Ec., beliau mengatakan bahwa antara Rural dan Urban (Desa dan Kota) saling bersimbiosis. Ketika sektor pertanian tepatnya masyarakat rural dalam memberikan sumbangsih dalam aspek pangan, disana terdapat topangan terhadap sektor industi tepatnya masyarakat urban. Secara deply bahwa rural memberikan sumbangsih bagi kehidupan masyarakat urban.
Diambil contoh, ketika daerah rural sudah mampu memaksimalkan sektor pertaniannya yang barangtentu ada demand dari pemerintah penulis rasa aspek pangan desa, kota maupun secara overall bangsa Indonesia pun akan tercukupi. Begitu pula masyarakat urban akan sangat terbandu dan akan memuluskan sektor industri masyarakat urban. Karena Indonesia tidak perlu lagi mengimpor pangan dari Negara lain, cukup dengan memaksimalkan pangan di dalam negeri.
Akan tetapi secara realistis, kita bisa temukan di negeri ini terdapatnya disparitas atau kesenjangan yang dialami antara rural dan urban. Berbicara Indonesia dalam sektor pertaniannya tidak diragukan lagi, akan tetapi bukti empirisnya seperti apa? Sangat miris sebenarnya Indonesia yang notabene Negara agraris besar malahan dari beberapa literalur ada yang mengatakan Negara agraris terbesar, akan tetapi untuk mencukupi kebutuhan pangan dalam negerinya saja masih mengimpor. Seakan terjadinya dikotomi antara das solen dan das sein atau pernyataan dan kenyataan itu berbeda.
Solusi yang ditawarkan penulis terhadap realita yang ada yakni  berangkat dari potensi Indonesia dalam sektor pertanian yang sangat besar, “Indonesia” harus bisa memaksimalkan sektor pertaniannya itu dan tidak terlepas pula dari demand pemerintah. Kenapa seperti itu? Karena, ketika “Indonesia” sudah lihai dalam sektor pertaniannya, akan tetapi tidak ada dukungan dari pemerintah hasilnya akan nihil. Dan yang dirasa saat ini pula aspek pangan Indonesia belum bisa mencukupi kehidupan bangsanya sendiri. Dan juga disamping memaksimalkan potensi indinesia dalam sektor pertanian, perlu juga pemerintah Indonesia memulai untuk membatasi impor hingga pada titik akhir tidak perlu lagi mengimpor dari Negara lain. Ketika hal tersebut sudah berjalan, maka perlunya di benahi tataran intern­nya. Dalam artian dalam negerinya. Misalnya tidak ada lagi disparitas, harus adanya pemerataan antara rural dan urban, jangan memandang sebelah mata daerah rural, karena penopang terbesar pula terdapat di daerah rural.  
Dilihat dari aspek lain, daerah urban memberikan sumbangsih pula bagi bangsa ini, melalui industrinya dan tidak terlepas pula dari sumbangsih daerah rural yang menopang terhadap berjalannya daerah urban. Jika dilihat dari pandangan Ashaluddin Jalil, beliau mengatakan adanya aspek penunjang, dari daerah rural memberikan sumbangsih terhadap daerah urban dalam sektor industri, misalnya dalam pemenuhan tenaga kerja bagi industri.
Jadi secara conclution antara daerah rural dan daerah urban terdapatnya simbiosis mutualis, antara kedauanya itu terdapat saling kesinambungan, saling menopang satu sama lainnya.

0 komentar:

Posting Komentar