SEJARAH PERADABAN ISLAM
(Emphasize Point)
Oleh: Agus Mauluddin, Mahasiswa
Sosiologi IVA (Copyright)
Ibrahim a.s adalah bapak Para Nabi. Ibrahim a.s seorang
manusia yang menjadi pionir dan melatarbelakangi term Islam pertama kali
muncul. Islam muncul jika dilihat secara historis, diawali dari sejarah Ibrahim
a.s itu sendiri. Ibrahim a.s lahir dari kondisi sosial yang chaos, adanya
seorang raja yang kejam raja Namrud. Raja Namrud seorang raja penyembah
berhala, dan dia mengetahui ramalan dari para ahli nujum, akan ada seorang
laki-laki lahir yang nantinya akan merusak kepercayaan penduduk kan’an dan akan
menghancurkan berhala-berhalanya.
Kan’an adalah sebuah wilayah dimana Ibrahim a.s lahir
yang berada dalam kungkungan seorang raja kejam raja Namrud yang menyembah
patung-patung atau berhala.
Ibrahim a.s lahir di sebuah goa yang sinar matahari pun
tidak masuk kedalamnya, dikarenakan kondisi lingkungannya yang sedang terjadi chaos,
sesuai pernyataan raja Namrud, “jika ada seorang anak laki-laki yang lahir
maka bunuhlah dia”. Lahirlah seorang anak laki-laki disebuah goa, dan
ditinggalkanhnya ia disana seorang diri. Beberapa waktu kemudian ibunya
menengok bayi laki-laki itu dan keberadaannya hanya diketahui oleh ibu dan
ayahnya saja. Sang ibu begitu bahagia ketika melihat Ibrahim kecil yang begitu
baik keadaannya, dan selalu menghisap ibu-jarinya. Ibunya percaya bahwa ada
kekuatan Maha Besar Yang Menghidupkan dan Mematikan menurut kehendak-Nya di
balik kenyataan tersebut. Sebagai seorang wanita yang hidup ditengah-tengah penyembah
berhala ia tidak tahu bagaimana caranya bersyukur kepada kekuatan Yang
Mahabesar itu, namun dalam hati nurani dan fitrah kemanusiaannya tumbuh
kesadaran bahwa kekuatan itu adalh Tuhan Pencipta Manusia, bukan patung-patung
berhala yang disembah oleh kaum-kaumnya.
Pada usia 15 bulan Ibrahim a.s dibawa pulang ke rumah
oleh ibunya tanpa sepengetahuan orang lain. Ibrahim pun semakin lama semakin
besar dan mencapai remaja. Karena begitu lamanya ia berada di dalam rumah,
selalu dirahasiakan. Ibrahim muda mendesak ibunya agar bisa diajak keluar
rumah, karena kesepian terus menerus. Pada suatu malam Ibrahim muda di bawa
ibunya keluar rumah untuk melihat bintang-bintang bertaburan di cakrawala
bermandikan cahaya bulan purnama. Ibrahim pun terpukai melihat keindahan
benda-benda cakrawala yang memancarkan sinar gemerlapan dan cahayanya terang
benderang.
Pada mulanya ia menduga bahwa semua benda cakrawala yang
indah mempesonakan itu adalah Tuhan Yang Mahakuasa, tetapi setelah ia melihat
benda itu makin lama makin pudar dan menghilang, maka timbulah pengertian,
bahwa semua yang dilihatnya itu sama sekali bukan Tuhan, sebab ia yakin bahwa
Tuhan tidak mungkin pudar atau lenyap. Demikin pula ketika siang hari, ia
melihat matahari. Ia lebih terpukau lagi karena benda cakrawala itu jauh lebih
besar, lebih hebat dan lebih terang cahayanya. Akan tetapi, dipetang hari
ketika ia melihat matahari terbenam dan menghilang di ufuk barat, ia tidak
percaya bahwa benda cakrawala besar yang dilihatnya itu adalah Tuhan. Akhirnya,
ia menjadi yakin bahwa benda-benda yang timbul-tenggelam dan terbit-terbenam
itu adalah ciptaan Tuhan. Tuhan yang sebenarnya ialah Kekuatan Mahakuasa Yang
Menciptakan dan Mengatur gerak semua benda cakrawala yang dilihatnya, dan
kekuatan itu bukanlah patung-patung berhala yang disembah dan dipuja-puja oleh
kaumnya, melainkan pencipta alam semesta. Demikinlah keimanan Ibrahim a.s
tumbuh melalui proses yang amat sederhana, namun sangat besar arti dan
hikmahnya.
Menjelang dewasa Ibrahim tidak terkesan orang yang melihatnya
sebagai anak-anak, dan ayah ibunya pun mengizinkan untuk keluar rumah. Ibrahim
diberikan tugas untuk menjual patung-patung hasil pahatan ayahnya sendiri,
karena ayah Ibrahim Azar adalah seorang pengrajin patung. Ketika diperjalanan
sesekali beristirahat karena merasa lelah, beristirahatlah dipingggir sungai.
Ibrahim mencoba menenggelamkan patung-patung tersebut dan berkata, “coba kau
minum air itu.” kenapa engkau tidak dapat minum? Bukankah engkau dianggap orang
sebagai Tuhan? Bagaimana orang mau membeli barang yang tidak berguna seperti
engkau?
Berdasarkan kenyataan yang dialaminya, iman Ibrahim semakin
kokoh. Pada suatu ketika ia membawa sebuah kapak dari rumahnya dan pergi
ketempat dimana patung-patung berhala yang begitu banyak ada disana. Ketika
tidak ada siapa-siapa ia merusakan patung-patung kecil dengan kapaknya dan
membiarkan patung terbesar yang dianggap mereka sebagai Tuhan yang memberikan
segala-galanya yang tidak dihancurkan. Ketika penduduk kan’an menyadarinya, dan
tidak kepada siapa lagi ia akan menuduh siapa yang menghancrkannya selain
Ibrahim, karena Ibrahim pernah mengajak orang-orang disana untuk meninggalkan
dari penyambahan kepada berhala. Karena alasan tersebut orang-orang disana
menganggap Ibrahim adalah pelakunya, dan menanyakan langsung kepada ibrahim,
“apakah kamu yang menghancurkan patung-patung berhala kami?” Ibrahim menjawab,
tanyakan saja kepada patung yang paling besar siapa yang telah menghancurkan
patung-patung berhala tersebut”. Orang-orang disana menjawab, “masa kami harus
menanyakan kepada sebuah patung?” ibrahim menjawab, “Terus kenapa kalian
menyembah sebuah patung yang tidak bisa apa-apa?” dan semua penduduk kan’an
terheran-heran dan langsung memberitahukan kepada raja Namrud. Dan akhirnya
raja Namrud memutuskan untuk membakar Ibrahim. Ibrahim berada di tengah-tengah
kobaran api yang meluap-luap. Atas izin Tuhan Yang Mahakuasa Api itu tidak
sedikit pun membakar Ibrahim, bajunya pun masih utuh seperti sedia kala. Dan
raja Namrud pun berkata kepada Ibrahim, “Jika benar Tuhanmu ada maka panggilah
Tuhanmu untuk menyelamatkanmu dan keluar lah dari kobaran api tersebut?” Tanpa
menjawab bernyataan Namrud, Ibrahim pun lalu berdiri dan berjalan keluar dari
kobaran api tersebut, dan terlihat ibrahim utuh tanpa sedikit pun api membakar
atau pun melukainya. Dan raja Namrud pun terheran-heran dan memutuskan untuk
menebus kesalahannya untuk menyembelih 4000 ekor lembu. Ibrahim berkata, “percuma
saja jika engkau tidak beriman kepada Tuhan Yang Maha Pencipta, dan tetap menyembah
berhala, dengan menebus dosa seperti itu akan percuma saja.
Mukjizat yang dikaruniakan Allah kepada Nabi Ibrahim a.s
itu terbukti menggerakan kesadaran beberapa orang dari kaumnya. Mereka
meninggalkan kepercayaan dari menyembah berhala dan memeluk agama Allah sebagaimana
yang diberikan kepada Nabi Ibrahim a.s. dengan mengindahkan dan menyambut baik
seruan itu berarti mereka berserah-diri sepenuhnhya kepada Allah dan Sejak
itulah agama yang dibawakan Nabi Ibrahim a.s disebut “ISLAM” yang bermakna
“Penyerahan-diri” kepada Allah Pencipta alam semesta.[][1]
[1] Al-Hamid Al-Husaini, Riwayat Kehidupan Nabi
Besar Muhammad Saw, Pustaka Hidayah, Bandung, 2011, h. 135-142
0 komentar:
Posting Komentar