Rabu, 11 September 2013

Sejarah Peradaban Islam


SEJARAH PERADABAN ISLAM
(Emphasize Point)
Oleh: Agus Mauluddin, Mahasiswa Sosiologi IVA (Copyright)



Ibrahim a.s adalah bapak Para Nabi. Ibrahim a.s seorang manusia yang menjadi pionir dan melatarbelakangi term Islam pertama kali muncul. Islam muncul jika dilihat secara historis, diawali dari sejarah Ibrahim a.s itu sendiri. Ibrahim a.s lahir dari kondisi sosial yang chaos, adanya seorang raja yang kejam raja Namrud. Raja Namrud seorang raja penyembah berhala, dan dia mengetahui ramalan dari para ahli nujum, akan ada seorang laki-laki lahir yang nantinya akan merusak kepercayaan penduduk kan’an dan akan menghancurkan berhala-berhalanya.
Kan’an adalah sebuah wilayah dimana Ibrahim a.s lahir yang berada dalam kungkungan seorang raja kejam raja Namrud yang menyembah patung-patung atau berhala.
Ibrahim a.s lahir di sebuah goa yang sinar matahari pun tidak masuk kedalamnya, dikarenakan kondisi lingkungannya yang sedang terjadi chaos, sesuai pernyataan raja Namrud, “jika ada seorang anak laki-laki yang lahir maka bunuhlah dia”. Lahirlah seorang anak laki-laki disebuah goa, dan ditinggalkanhnya ia disana seorang diri. Beberapa waktu kemudian ibunya menengok bayi laki-laki itu dan keberadaannya hanya diketahui oleh ibu dan ayahnya saja. Sang ibu begitu bahagia ketika melihat Ibrahim kecil yang begitu baik keadaannya, dan selalu menghisap ibu-jarinya. Ibunya percaya bahwa ada kekuatan Maha Besar Yang Menghidupkan dan Mematikan menurut kehendak-Nya di balik kenyataan tersebut. Sebagai seorang wanita yang hidup ditengah-tengah penyembah berhala ia tidak tahu bagaimana caranya bersyukur kepada kekuatan Yang Mahabesar itu, namun dalam hati nurani dan fitrah kemanusiaannya tumbuh kesadaran bahwa kekuatan itu adalh Tuhan Pencipta Manusia, bukan patung-patung berhala yang disembah oleh kaum-kaumnya.
Pada usia 15 bulan Ibrahim a.s dibawa pulang ke rumah oleh ibunya tanpa sepengetahuan orang lain. Ibrahim pun semakin lama semakin besar dan mencapai remaja. Karena begitu lamanya ia berada di dalam rumah, selalu dirahasiakan. Ibrahim muda mendesak ibunya agar bisa diajak keluar rumah, karena kesepian terus menerus. Pada suatu malam Ibrahim muda di bawa ibunya keluar rumah untuk melihat bintang-bintang bertaburan di cakrawala bermandikan cahaya bulan purnama. Ibrahim pun terpukai melihat keindahan benda-benda cakrawala yang memancarkan sinar gemerlapan dan cahayanya terang benderang.
Pada mulanya ia menduga bahwa semua benda cakrawala yang indah mempesonakan itu adalah Tuhan Yang Mahakuasa, tetapi setelah ia melihat benda itu makin lama makin pudar dan menghilang, maka timbulah pengertian, bahwa semua yang dilihatnya itu sama sekali bukan Tuhan, sebab ia yakin bahwa Tuhan tidak mungkin pudar atau lenyap. Demikin pula ketika siang hari, ia melihat matahari. Ia lebih terpukau lagi karena benda cakrawala itu jauh lebih besar, lebih hebat dan lebih terang cahayanya. Akan tetapi, dipetang hari ketika ia melihat matahari terbenam dan menghilang di ufuk barat, ia tidak percaya bahwa benda cakrawala besar yang dilihatnya itu adalah Tuhan. Akhirnya, ia menjadi yakin bahwa benda-benda yang timbul-tenggelam dan terbit-terbenam itu adalah ciptaan Tuhan. Tuhan yang sebenarnya ialah Kekuatan Mahakuasa Yang Menciptakan dan Mengatur gerak semua benda cakrawala yang dilihatnya, dan kekuatan itu bukanlah patung-patung berhala yang disembah dan dipuja-puja oleh kaumnya, melainkan pencipta alam semesta. Demikinlah keimanan Ibrahim a.s tumbuh melalui proses yang amat sederhana, namun sangat besar arti dan hikmahnya.
Menjelang dewasa Ibrahim tidak terkesan orang yang melihatnya sebagai anak-anak, dan ayah ibunya pun mengizinkan untuk keluar rumah. Ibrahim diberikan tugas untuk menjual patung-patung hasil pahatan ayahnya sendiri, karena ayah Ibrahim Azar adalah seorang pengrajin patung. Ketika diperjalanan sesekali beristirahat karena merasa lelah, beristirahatlah dipingggir sungai. Ibrahim mencoba menenggelamkan patung-patung tersebut dan berkata, “coba kau minum air itu.” kenapa engkau tidak dapat minum? Bukankah engkau dianggap orang sebagai Tuhan? Bagaimana orang mau membeli barang yang tidak berguna seperti engkau?
Berdasarkan kenyataan yang dialaminya, iman Ibrahim semakin kokoh. Pada suatu ketika ia membawa sebuah kapak dari rumahnya dan pergi ketempat dimana patung-patung berhala yang begitu banyak ada disana. Ketika tidak ada siapa-siapa ia merusakan patung-patung kecil dengan kapaknya dan membiarkan patung terbesar yang dianggap mereka sebagai Tuhan yang memberikan segala-galanya yang tidak dihancurkan. Ketika penduduk kan’an menyadarinya, dan tidak kepada siapa lagi ia akan menuduh siapa yang menghancrkannya selain Ibrahim, karena Ibrahim pernah mengajak orang-orang disana untuk meninggalkan dari penyambahan kepada berhala. Karena alasan tersebut orang-orang disana menganggap Ibrahim adalah pelakunya, dan menanyakan langsung kepada ibrahim, “apakah kamu yang menghancurkan patung-patung berhala kami?” Ibrahim menjawab, tanyakan saja kepada patung yang paling besar siapa yang telah menghancurkan patung-patung berhala tersebut”. Orang-orang disana menjawab, “masa kami harus menanyakan kepada sebuah patung?” ibrahim menjawab, “Terus kenapa kalian menyembah sebuah patung yang tidak bisa apa-apa?” dan semua penduduk kan’an terheran-heran dan langsung memberitahukan kepada raja Namrud. Dan akhirnya raja Namrud memutuskan untuk membakar Ibrahim. Ibrahim berada di tengah-tengah kobaran api yang meluap-luap. Atas izin Tuhan Yang Mahakuasa Api itu tidak sedikit pun membakar Ibrahim, bajunya pun masih utuh seperti sedia kala. Dan raja Namrud pun berkata kepada Ibrahim, “Jika benar Tuhanmu ada maka panggilah Tuhanmu untuk menyelamatkanmu dan keluar lah dari kobaran api tersebut?” Tanpa menjawab bernyataan Namrud, Ibrahim pun lalu berdiri dan berjalan keluar dari kobaran api tersebut, dan terlihat ibrahim utuh tanpa sedikit pun api membakar atau pun melukainya. Dan raja Namrud pun terheran-heran dan memutuskan untuk menebus kesalahannya untuk menyembelih 4000 ekor lembu. Ibrahim berkata, “percuma saja jika engkau tidak beriman kepada Tuhan Yang Maha Pencipta, dan tetap menyembah berhala, dengan menebus dosa seperti itu akan percuma saja.
Mukjizat yang dikaruniakan Allah kepada Nabi Ibrahim a.s itu terbukti menggerakan kesadaran beberapa orang dari kaumnya. Mereka meninggalkan kepercayaan dari menyembah berhala dan memeluk agama Allah sebagaimana yang diberikan kepada Nabi Ibrahim a.s. dengan mengindahkan dan menyambut baik seruan itu berarti mereka berserah-diri sepenuhnhya kepada Allah dan Sejak itulah agama yang dibawakan Nabi Ibrahim a.s disebut “ISLAM” yang bermakna “Penyerahan-diri” kepada Allah Pencipta alam semesta.[][1]


[1] Al-Hamid Al-Husaini, Riwayat Kehidupan Nabi Besar Muhammad Saw, Pustaka Hidayah, Bandung, 2011, h. 135-142

0 komentar:

Posting Komentar