Sabtu, 25 Februari 2012

Sosiologi dan Kehidupan Keagamaan



Sosiologi erat kaitannya dengan kemasyarakatan, kita sendiri juga bisa dikategorikan  masyarakat. Sedangkan keagamaan itu bisa disebut aktivitas religi yang di lakukan masyarakat. Masyarakat tidak terlepas dari yang namanya keagamaan, Karena manusia perlunya suatu ketenangan dalam jiwanya, dan perlunya suatu yang diyakini mempunyai suatu kekuatan yang paling segalanya. Jika dilihat pengertian agama secara pilosofi  berasal dari dua kata, yaitu ‘a yang berarti tidak, dan gama yang  berarti kacau. Jadi agama itu suatu yang membuat kita tidak kacau atau menjadi terarah.
Kehidupan keagamaan tentunya tidak terlepas dari sosiologi, kenapa? Jawabannya karena sosiologi itu ilmu yang mempelajari masyarakat, sedangkan masyarakat juga dewasa ini tidak terlepas dari yang namanya agama karena kebutuhan akan spiritual atau bisa disebut kebutuhan akan bersemangat dalam menjalani kehidupan. Secara realita sosial bahwa masyarakat dalam kehidupannya diatur dengan yang namanya agama. Baik agama Islam, Kristen, Hindu, Budha, Konghucu dan lain-lain. Yang esensinya itu ingin mendapatkan ketenangan jiwa. Betulkah demikian? Ya, betul sekali. relevan nya pada masa moderenisasi yang serba teknologi ini pemikiran-pemikiran manusia sangat tinggi dan di tuntutan untuk  terus berpikir  jika tidak ingin disebut orang yang ketinggalaan zaman, oleh karena itu tingkat berpikir manusia yang tinggi dan berimplikasi pada gangguan kejiwaan dan perlunya agama hadir di kehidupan bermasyarakat.
Dalam kajian sosiologi adanya yang disebut dengan masalah sosial, fakta sosial dan lain sebagainya. Misalnya saja adanya suatu masalah sosial yang harus ada solusi supaya tatanan masyarakat menjadi benar dan terarah. Dalam kehidupan umumnya pasti akan menemuai yang namanya masalah, lebih spesifik pada kehidupan kagamaan tentunya ada suatu masalah yang akan dihadapi. Seringkali dalam kehidupan beragama adanya benturan-benturan dari setiap agama yang di anut masyarakat. Tentunya setiap agama mempunyai keyakinan yang berbeda-beda dan seringkali setiap agama yang di yakini masyarakat itu selalu menjadi prioritas dan mengklaim bahwa agama yang benar itu hanya agama mereka dan malah menyalahkan penganut agama lain. Nah dari studi kasus seperti itu awal mulanya ada masalah atau konflik sosial dan harus adanya problem solving atau penyelesaian masalah. Tentunya disana perlunya suatu tolerasi umat beragama, agar bisa terjadinya tatanan masyarakat yang tentram.
Sosiologi atau ilmu sosial perlunya kajian mendasar khususnya masalah agama, kenapa? Jawabannya karena agama yang melatarbelakangi terciptanya kehidupan yang teratur. Bahwa masalah-masalah sosial yang terjadi dewasa ini salah satunya bisa diakibatkan karena faktor akhlak atau pribadi masyarakatnya. Pemicu hal itu bisa disebabkan kurangnya dalam keagamaannya ataupun karena faktor lainnya, misalnya lingkungannya yang tidak mencerminkan hidup beragama. Kehidupan keagamaan di masyarakat dewasa ini sudah menjadi sesuatu yang tidak asing lagi. Kenapa? Karena realita dimasyarakat dewasa ini mayoritas masyarakat itu beragama.
Awalnya timbul agama itu karena kebutuhannya ketenangan jiwa dan hidup tenang. Tapi kenapa dewasa ini konflik-konflik itu sering terjadi dipicu karena kehidupan beragama? Jawabannya, karena hidup beragama itu harus mengenal yang namanya ilmu sosiologi atau ilmu kemasyarakatan. Dalam bersosial tentunya kita sering kali menemukan yang namanya konflik, maka disitu kita harus mencari solusinya. Jika kita ingin mencari solusi, maka terlebih dahulu kita harus mengetahui apa pemicu konflik itu? Tentunya diakibatkan faktor agama, nah apa pemicunya bisa terjadi konflik dalam agama? Pertama bisa karena kurangnya rasa toleransi atau kurangnya rasa menghargai terhadap umat beragama, kedua bisa saja karena ada oknum-oknum tertentu yang menyebarkan fitnah yang menjadikan umat antar agama itu berseteru. Nah diiantara pemicu terjadinya konflik kita pelajari dan cari problem solving atau pemecahan masalahnya. Misalkan faktor utama pemicunya disebabkan karena ada oknum-oknum tertentu yang menginginkan perpecahan antara umat beragama. Nah, maka hal itu harus diusut secara radikal sampai keakar-akarnya. Siapa? Dan atas dasar apa? Maka selesaikanlah masalahnya dan perlunya hukuman tertantu bagi yang mempelopori mengadu dombakan antara umat beragama. Dan dalam studi kasus tersebut kita juga bisa ambil esensi yaitu pentingnya proteksi diri, supaya kita tidak cepat termakan omongan-omongan yang tidak dapat dipertanggung jawabkan.
Masalah sosial dalam keagamaan sangat marak sekali terjadi di negeri dewasa ini, yang berimplikasi pada semakin banyaknya pelaku-pelaku kriiminal. Masalah agama ini memang rental sekali karena masalah ketuhanan sangat sensitif sekali. Disana perlunya sikap toleran, selama agama yang bersangkutan tidak memulai untuk berseteru.
Negara Indonesia yang notabene Negara plural, maka perlunya perhatian yang cukup besar dari pemerintah. Harus memiliki aturan-aturan yang jelas menghadapi masalah-masalah dalam kehidupan keagamaan.
Seorang tokoh sosiologi yaitu Auguste Comte yang sering disebut dengan bapak sosiologi, mempunyai pendekatan atau teori tentang kehidupan keagamaan yang sebenarnya bukan berawal dari keagamaan, yaitu teori “ Sosial Dinamis”. Dalam teori ini comte memaparkan masalah keyakinan yaitu adanya The law of the three stage yang terdiriri dari Teologis, metapisis, dan positivis. Dalam teologis comte memaparkan bahwa masyarakat sudah meyakini dengan adanya kekuatan yang Mahabesar, karena pemikiran mereka yang masih primitif, maka apa saja yang dianggap mereka mempunyai kekuatan maka disembahlah. Animisme penyembhan terhadap roh-roh yang berada pada suatu benda dan dianggap mempunya kekuatan. Memang saat itu pola pikir nya masih primitif, jadi apa saja yang ditemuinya yang dirasa mempunyai kekuatan maka dijadikannya Tuhan. Memang sebagaimana para ahli juga mengatakan apa saja yang di temui mereka yaitu oleh orang-orang primitif maka dijadikan Tuhan. Misalnya saja saat malam, mereka melihat bulan. Mereka menganggap bulan itu Tuhan karena bisa menerangi saat gelap. Ketika siang mereka melihat matahari dan bulan pun pergi, maka mereka menganggap bulan itu bukan tuhan dan berpindah kepada matahari karena bisa menghangatkan dikala siang. Nah hingga bergantinya keyakinan kepada suatu benda yang mempunyai roh-roh atau kekuatan dinamakan dengan animisme. Hingga dewasa ini dengan semakin tingginya pola pikir manusia maka hal-hal yang seperti itu mulai ditinggalkan, walaupun demikian tapi masih ada sebagian masyarakat yang masih meyakininya.
Esensinya  yaitu bersosial dalam kehidupan keagamaan itu sangat penting dan perlu sekali di galakan, kenapa? Karena setiap masyarakat mempunyai keyakinan masing-masing dan dengan terjalinnya hubungan antara masyarakat yang solid, maka setidaknya akan menciptakan masyarakat yang rukun, saling menghargai dan hidup berdampingan secara damai. Itu semua tentunya harus diciptakan dari semua aspek dan dari semua belah pihak.
Bersosial yang benar adalah idaman masyarakat, karena dewasa ini dimasa persaingan hidup yang ketat yang berimplikasi pada saling menjatuhkan, saling sikut-mengsikut dan lain sebagainya. Maka perlunya tatanan sosial yang mumpuni, khususnya dengan hidup beragama adalah salah satu bukti nyata akan tecapainya tatanan masyarakat yang mumpuni.

Penulis: Agus mauluddin [copyright]

0 komentar:

Posting Komentar