Sosiologi
dan Kehidupan Keagamaan
Sosiologi erat kaitannya dengan kemasyarakatan, kita sendiri juga bisa dikategorikan masyarakat. Sedangkan keagamaan itu bisa
disebut aktivitas religi yang di lakukan masyarakat. Masyarakat tidak terlepas
dari yang namanya keagamaan, Karena manusia perlunya suatu ketenangan dalam
jiwanya, dan perlunya suatu yang diyakini mempunyai suatu kekuatan yang paling
segalanya. Jika dilihat pengertian agama secara pilosofi berasal dari dua kata, yaitu ‘a yang berarti
tidak, dan gama yang berarti kacau. Jadi
agama itu suatu yang membuat kita tidak kacau atau menjadi terarah.
Kehidupan
keagamaan tentunya tidak terlepas dari sosiologi, kenapa? Jawabannya karena
sosiologi itu ilmu yang mempelajari masyarakat, sedangkan masyarakat juga
dewasa ini tidak terlepas dari yang namanya agama karena kebutuhan akan spiritual
atau bisa disebut kebutuhan akan bersemangat dalam menjalani kehidupan. Secara realita
sosial bahwa masyarakat dalam kehidupannya diatur dengan yang namanya agama.
Baik agama Islam, Kristen, Hindu, Budha, Konghucu dan lain-lain. Yang esensinya
itu ingin mendapatkan ketenangan jiwa. Betulkah demikian? Ya, betul sekali.
relevan nya pada masa moderenisasi yang serba teknologi ini pemikiran-pemikiran
manusia sangat tinggi dan di tuntutan untuk
terus berpikir jika tidak ingin
disebut orang yang ketinggalaan zaman, oleh karena itu tingkat berpikir manusia
yang tinggi dan berimplikasi pada gangguan kejiwaan dan perlunya agama hadir di
kehidupan bermasyarakat.
Dalam
kajian sosiologi adanya yang disebut dengan masalah sosial, fakta sosial dan
lain sebagainya. Misalnya saja adanya suatu masalah sosial yang harus ada
solusi supaya tatanan masyarakat menjadi benar dan terarah. Dalam kehidupan
umumnya pasti akan menemuai yang namanya masalah, lebih spesifik pada kehidupan
kagamaan tentunya ada suatu masalah yang akan dihadapi. Seringkali dalam
kehidupan beragama adanya benturan-benturan dari setiap agama yang di anut
masyarakat. Tentunya setiap agama mempunyai keyakinan yang berbeda-beda dan
seringkali setiap agama yang di yakini masyarakat itu selalu menjadi prioritas
dan mengklaim bahwa agama yang benar itu hanya agama mereka dan malah
menyalahkan penganut agama lain. Nah dari studi kasus seperti itu awal mulanya
ada masalah atau konflik sosial dan harus adanya problem solving atau
penyelesaian masalah. Tentunya disana perlunya suatu tolerasi umat beragama,
agar bisa terjadinya tatanan masyarakat yang tentram.
Sosiologi
atau ilmu sosial perlunya kajian mendasar khususnya masalah agama, kenapa?
Jawabannya karena agama yang melatarbelakangi terciptanya kehidupan yang
teratur. Bahwa masalah-masalah sosial yang terjadi dewasa ini salah satunya
bisa diakibatkan karena faktor akhlak atau pribadi masyarakatnya. Pemicu hal
itu bisa disebabkan kurangnya dalam keagamaannya ataupun karena faktor lainnya,
misalnya lingkungannya yang tidak mencerminkan hidup beragama. Kehidupan
keagamaan di masyarakat dewasa ini sudah menjadi sesuatu yang tidak asing lagi.
Kenapa? Karena realita dimasyarakat dewasa ini mayoritas masyarakat itu
beragama.
Awalnya
timbul agama itu karena kebutuhannya ketenangan jiwa dan hidup tenang. Tapi
kenapa dewasa ini konflik-konflik itu sering terjadi dipicu karena kehidupan
beragama? Jawabannya, karena hidup beragama itu harus mengenal yang namanya
ilmu sosiologi atau ilmu kemasyarakatan. Dalam bersosial tentunya kita sering
kali menemukan yang namanya konflik, maka disitu kita harus mencari solusinya.
Jika kita ingin mencari solusi, maka terlebih dahulu kita harus mengetahui apa
pemicu konflik itu? Tentunya diakibatkan faktor agama, nah apa pemicunya bisa
terjadi konflik dalam agama? Pertama bisa karena kurangnya rasa toleransi atau
kurangnya rasa menghargai terhadap umat beragama, kedua bisa saja karena ada
oknum-oknum tertentu yang menyebarkan fitnah yang menjadikan umat antar agama
itu berseteru. Nah diiantara pemicu terjadinya konflik kita pelajari dan cari
problem solving atau pemecahan masalahnya. Misalkan faktor utama pemicunya
disebabkan karena ada oknum-oknum tertentu yang menginginkan perpecahan antara
umat beragama. Nah, maka hal itu harus diusut secara radikal sampai
keakar-akarnya. Siapa? Dan atas dasar apa? Maka selesaikanlah masalahnya dan
perlunya hukuman tertantu bagi yang mempelopori mengadu dombakan antara umat
beragama. Dan dalam studi kasus tersebut kita juga bisa ambil esensi yaitu
pentingnya proteksi diri, supaya kita tidak cepat termakan omongan-omongan yang
tidak dapat dipertanggung jawabkan.
Masalah
sosial dalam keagamaan sangat marak sekali terjadi di negeri dewasa ini, yang
berimplikasi pada semakin banyaknya pelaku-pelaku kriiminal. Masalah agama ini
memang rental sekali karena masalah ketuhanan sangat sensitif sekali. Disana
perlunya sikap toleran, selama agama yang bersangkutan tidak memulai untuk
berseteru.
Negara
Indonesia yang notabene Negara plural, maka perlunya perhatian yang cukup besar
dari pemerintah. Harus memiliki aturan-aturan yang jelas menghadapi
masalah-masalah dalam kehidupan keagamaan.
Seorang
tokoh sosiologi yaitu Auguste Comte yang sering disebut dengan bapak sosiologi,
mempunyai pendekatan atau teori tentang kehidupan keagamaan yang sebenarnya
bukan berawal dari keagamaan, yaitu teori “ Sosial Dinamis”. Dalam teori ini
comte memaparkan masalah keyakinan yaitu adanya The law of the three stage yang
terdiriri dari Teologis, metapisis, dan positivis. Dalam teologis comte
memaparkan bahwa masyarakat sudah meyakini dengan adanya kekuatan yang
Mahabesar, karena pemikiran mereka yang masih primitif, maka apa saja yang
dianggap mereka mempunyai kekuatan maka disembahlah. Animisme penyembhan
terhadap roh-roh yang berada pada suatu benda dan dianggap mempunya kekuatan.
Memang saat itu pola pikir nya masih primitif, jadi apa saja yang ditemuinya
yang dirasa mempunyai kekuatan maka dijadikannya Tuhan. Memang sebagaimana para
ahli juga mengatakan apa saja yang di temui mereka yaitu oleh orang-orang
primitif maka dijadikan Tuhan. Misalnya saja saat malam, mereka melihat bulan.
Mereka menganggap bulan itu Tuhan karena bisa menerangi saat gelap. Ketika
siang mereka melihat matahari dan bulan pun pergi, maka mereka menganggap bulan
itu bukan tuhan dan berpindah kepada matahari karena bisa menghangatkan dikala
siang. Nah hingga bergantinya keyakinan kepada suatu benda yang mempunyai
roh-roh atau kekuatan dinamakan dengan animisme. Hingga dewasa ini dengan
semakin tingginya pola pikir manusia maka hal-hal yang seperti itu mulai
ditinggalkan, walaupun demikian tapi masih ada sebagian masyarakat yang masih
meyakininya.
Esensinya
yaitu bersosial dalam kehidupan
keagamaan itu sangat penting dan perlu sekali di galakan, kenapa? Karena setiap
masyarakat mempunyai keyakinan masing-masing dan dengan terjalinnya hubungan
antara masyarakat yang solid, maka setidaknya akan menciptakan masyarakat yang
rukun, saling menghargai dan hidup berdampingan secara damai. Itu semua
tentunya harus diciptakan dari semua aspek dan dari semua belah pihak.
Bersosial
yang benar adalah idaman masyarakat, karena dewasa ini dimasa persaingan hidup
yang ketat yang berimplikasi pada saling menjatuhkan, saling sikut-mengsikut
dan lain sebagainya. Maka perlunya tatanan sosial yang mumpuni, khususnya
dengan hidup beragama adalah salah satu bukti nyata akan tecapainya tatanan
masyarakat yang mumpuni.
Penulis: Agus mauluddin [copyright]
0 komentar:
Posting Komentar