Sangat kompleks, bila membicarakan hambatan - hambatan dalam dunia pendidikan di indonesia. Mulai dari faktor geografis, seperti daerah terpencil di pegunungan dan dipesisir, hingga faktor keluarga seperti keluarga miskin. “Jangankan untuk melanjutkan sekolah anak, untuk memenuhi kehidupan sehari-sehari pun sulit”.
Image:www.google.com |
Barriers to Learning
Eksklusi sosial dibidang pendidikan
merupakan implikasi dari kemiskinan. Seperti disebutkan Smith dan Noble dikutip
Harlambos dan Halborn (2004:637):
In a study of the effect of poverty on schooling.
Barriers to learning which can result from low income.
Namun
terdapat pula masyarakat berpennghasilan rendah (bukan miskin) yang memilki
kesadaran tinggi terhadap pendidikan. Mereka tetap menyekolahkan anaknya
walaupun keadan ekonomi keluarga sulit. Hal ini berimplikasi pada proses
pembelajaran di sekolah, Smith dan Noble seperti dikutip
Harlambos dan Halborn (2004:637) menyebutkan hambatan-hambatan dalam belajar
yang disebabkan karena faktor pendapatan (ekonomi) diantaranya:
1.
Ketidakmampuan untuk mendapatkan seragam
sekolah, perjalanan ke sekolah, transportasi ke sekolah dan dari sekolah,
fasilitas belajar di kelas, dan untuk beberapa kasus sulitnya mendapatkan
sumber bacaan sekolah. Hal demikian dapat menyebabkan anak terisolasi,
tertindas, dalam proses belajar disekolah meraka.
2. Anak anak dari keluarga yang
berpendapatan rendah kemungkinan besar mengalami masalah kesehatan yang bisa
mempengaruhi kehadiran dan proses belajar di sekolah.
3. Ekonomi rendah diartikan bahwa orang tua
tidak mampu memberikan biaya atau akses pendidikan privat untuk anak mereka.
4. Ekonomi rendah sangat mungkin tidak
memiliki akses komputer rumah dengan internet, meja belajar, alat peraga, buku,
tempat ketika mengerjakan PR, dan rumah yang nyaman dan baik untuk menunjang
belajar.
5. The
marketization of school memungkinkan peningkatan
polarisasi keberhasilan, fasilitas sekolah yang baik berada di daerah maju
sedangkan sekolah-sekolah berfasilitas rendah ada di daerah miskin. Hal
tersebut akan mengurangi kesempatan anak-anak dari keluarga miskin untuk
mendapatkan pendidikan yang layak.
The
Poverty Penalty
Poverty penalty menjelaskan fenomena dimana masyarakat miskin
membayar lebih mahal untuk makan dan membeli barang dibandingkan masyarakat
kelas atas (Prahalad, 2004). Menurut Muller (2002) dan Mendoza (2011) masyarakat miskin membayar lebih mahal
disebabkan karena mereka tinggal di daerah terpencil dengan biaya transportasi
lebih mahal atau karena mereka tinggal di daerah lingkungan informal dimana
kurangnya lnfrastruktur khususnya transportasi.
notes: Tulisan ini dilempar kepada para pembaca dalam penarikan kasus dan kesimpulan dari isu yang ada di Indonesia (khususnya) dan Dunia (pada umumnya)....
DAFTAR
PUSTAKA
Haralambos
& Holborn, 2004, Sociology (Theme and
Perspectives), London: Harper Collins Publisher
Mendoza
RU, 2011, Why do the poor pay more?
Exploring the poverty penalty concept. Journal of International Development
23: 1-28.
Muller
C, 2002, Prices and living standards:
evidence from Rwanda. Journal of Develop- ment Economics 68: 187-203
Prahalad,
C. K, 2009, The fortune at the bottom of
the pyramid, FT Press.
0 komentar:
Posting Komentar