Pertumbuhan
ekonomi di Asia luar biasa cepat. Rata-rata GDP diatas 6% tiap tahun pada 20
tahun terakhir. Kemiskinan menurun dari 32% di tahun 1990 menjadi 22% di tahun
2002 (Farington paper for 2005 conference). Walaupun demikian keberhasilan yang
dicapai hasilnya tidak sempurna. Antara pertumbuhan dan penurunan kemiskinan
terjadi tidak merata di Negara-negara di Asia.
Image:www.google.com |
Demery
dan Walton (2000) menyebutkan ketidakadilan yang menjadi faktor utama penurunan
dampak pertumbuhan pada pengurangan kemiskinan dan tren itu muncul di banyak
Negara di Asia.
Banglades,
pendapatan yang tidak merata meningkat dari Koefisien Gini 0,30 menjadi 0,41
antara tahun 1991 dan 2000; Srilanka, ketidakmerataan konsumsi meningkat dari
0,32 hingga 0,40 antara tahun 1990 dan 2002; Nepal, ketidakmerataan konsumsi
meningkat dari 0,34 hingga 0,39 antara 1995-6 dan 2003-2004. Pertumbuhan
ekonomi di Vietnam dan China luarbiasa meningkat, seperti menurunnya
kemiskinan, namun ketidakmerataan pun juga tumbuh juga tumbuh dengan cepet
(World Bank, 2006); di India ketidakmerataan meningkat.
Dalam Babken Babajanian
and Jessica Hagen-Zanker (2012), Perspective Developmental menyebutkan Proteksi
sosial tidak hanya harus membantu orang untuk mendapatkan kebutuhan dasar
merata, tetapi juga membangun kemampuan mereka untuk lepas dari kemiskinan dan
menjadikan mereka hidup sejahtera dalam jangka waktu yang lama.
Sedangkan Proteksi
Sosial Transpormatif menyatakan bahwa intervensi proteksi sosial harus
‘menangkap’ tidak hanya ketidastabilan ekonomi, namun tujuan yang lebih luas
yaitu tujuan sosial pada persamaan hak, keadilan sosial, dan pemberdayaan
(Sabates-wheeler dan Devereux, 2008)
Bentuk kongkret
proteksi sosial yaitu Conditional Cash Transfer (CCT) yang populer sejak
pertengahan tahun 2000 di banyak Negara di Amerika Latin dan sekurangnya meluas
kebagian Shara Afrika dan Asia. Didalamnya “investasi” dalam bidang kesehatan,
Nutrisi dan Pendidikan didukung melalui persyaratan-persyaratan dapat membantu
memutus penyebaran kemiskinan antar generasi (de la Briere dan Rawling, 2006;
Fizbein dan Schadi,2009)
Dalam Babken Babajanian
and Jessica Hagen-Zanker (2012), World
Bank mengakui bahwa sosial proteksi dapat membangun Human Capital dan
meningkatkan kapasitas produktif orang miskin.
Millennium
Development Goals (World Bank, 2015)
1.
Eradicate
Extreme Poverty and Hunger : Menanggulangi
Kemiskinan dan Kelaparan;
2.
Achieve
Universal Primary Education :
Mencapai Pendidikan Dasar untuk semua;
3. Promote
Gender Equality and Empower Woman : Mendorong Kesetaraan Gender, dan Pemberdayaan Perempuan;
4.
Reduce Child Mortality : Menurunkan Angka Kematian Anak;
5.
Improve
Material Health :
Meningkatkan Kesehatan Ibu;
6. Combat
HIV/AIDS, Malaria and Other Desease : Memerangi HIV/AIDs, Malaria dan Penyakit Menular Lainnya;
7.
Ensure
Enviromental Sustainability : Memastikan Kelestarian
Lingkungan Hidup;
8. Develop a Global Partnership for
Development : Membangun Kemitraan Global untuk
Pembangunan.
DAFTAR
PUSTAKA
Babajanian, Babken and Jessica
Hagen-Zanker, 2012, Social protection and
social exclusion: an analytical framework to assess the links, London:
Overseas Development Institute
Demery, L. and Walton, M., 2000, ‘Are Poverty and Socail Goals for the 21st
Century attainable?’ in R. Halvorson-Quevedo and R. Schneider (eds), Waging the
Global War on Poverty, Paris: Organization for Economic Co-operation and
Development (OECD)
de la Briere, B. and Rawling, L.B.,
2006, Examining Conditional Cash Traansfer Programs: A Role for Increased
Social Inclusion? Social Protection Discussion Paper No. 0603. Washington: D.C:
World Bank
Farrington, J. 2005, Recognising and Tackling Risk and
Vulnerability Constraints to Pro-Poor Agriculture, London: DFID Renewable
Natural Resource and Agriculture team
Sabates-Wheeler, R. and Devereux, S.,
2008, Transformative Social Protection:
the Currency of Social Justice,
0 komentar:
Posting Komentar