Senin, 05 Oktober 2015

Konsep Proteksi Sosial dan MDGs

Pertumbuhan ekonomi di Asia luar biasa cepat. Rata-rata GDP diatas 6% tiap tahun pada 20 tahun terakhir. Kemiskinan menurun dari 32% di tahun 1990 menjadi 22% di tahun 2002 (Farington paper for 2005 conference). Walaupun demikian keberhasilan yang dicapai hasilnya tidak sempurna. Antara pertumbuhan dan penurunan kemiskinan terjadi tidak merata di Negara-negara di Asia.

Image:www.google.com


Demery dan Walton (2000) menyebutkan ketidakadilan yang menjadi faktor utama penurunan dampak pertumbuhan pada pengurangan kemiskinan dan tren itu muncul di banyak Negara di Asia.
Banglades, pendapatan yang tidak merata meningkat dari Koefisien Gini 0,30 menjadi 0,41 antara tahun 1991 dan 2000; Srilanka, ketidakmerataan konsumsi meningkat dari 0,32 hingga 0,40 antara tahun 1990 dan 2002; Nepal, ketidakmerataan konsumsi meningkat dari 0,34 hingga 0,39 antara 1995-6 dan 2003-2004. Pertumbuhan ekonomi di Vietnam dan China luarbiasa meningkat, seperti menurunnya kemiskinan, namun ketidakmerataan pun juga tumbuh juga tumbuh dengan cepet (World Bank, 2006); di India ketidakmerataan meningkat.

Dalam Babken Babajanian and Jessica Hagen-Zanker (2012), Perspective Developmental menyebutkan Proteksi sosial tidak hanya harus membantu orang untuk mendapatkan kebutuhan dasar merata, tetapi juga membangun kemampuan mereka untuk lepas dari kemiskinan dan menjadikan mereka hidup sejahtera dalam jangka waktu yang lama.

Sedangkan Proteksi Sosial Transpormatif menyatakan bahwa intervensi proteksi sosial harus ‘menangkap’ tidak hanya ketidastabilan ekonomi, namun tujuan yang lebih luas yaitu tujuan sosial pada persamaan hak, keadilan sosial, dan pemberdayaan (Sabates-wheeler dan Devereux, 2008)

Bentuk kongkret proteksi sosial yaitu Conditional Cash Transfer (CCT) yang populer sejak pertengahan tahun 2000 di banyak Negara di Amerika Latin dan sekurangnya meluas kebagian Shara Afrika dan Asia. Didalamnya “investasi” dalam bidang kesehatan, Nutrisi dan Pendidikan didukung melalui persyaratan-persyaratan dapat membantu memutus penyebaran kemiskinan antar generasi (de la Briere dan Rawling, 2006; Fizbein dan Schadi,2009)

Dalam Babken Babajanian and Jessica Hagen-Zanker (2012),  World Bank mengakui bahwa sosial proteksi dapat membangun Human Capital dan meningkatkan kapasitas produktif orang miskin.




Millennium Development Goals (World Bank, 2015)
1.      Eradicate Extreme Poverty and Hunger : Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan;
2.      Achieve Universal Primary Education : Mencapai Pendidikan Dasar untuk semua;
3.  Promote Gender Equality and Empower Woman : Mendorong Kesetaraan Gender, dan Pemberdayaan Perempuan;
4.      Reduce Child Mortality : Menurunkan Angka Kematian Anak;
5.      Improve Material Health : Meningkatkan Kesehatan Ibu;
6.   Combat HIV/AIDS, Malaria and Other Desease : Memerangi HIV/AIDs, Malaria dan Penyakit Menular Lainnya;
7.      Ensure Enviromental Sustainability : Memastikan Kelestarian Lingkungan Hidup;

8.  Develop a Global Partnership for Development : Membangun Kemitraan Global untuk Pembangunan.




DAFTAR PUSTAKA

Babajanian, Babken and Jessica Hagen-Zanker, 2012, Social protection and social exclusion: an analytical framework to assess the links, London: Overseas Development Institute
Demery, L. and Walton, M., 2000, ‘Are Poverty and Socail Goals for the 21st Century attainable?’ in R. Halvorson-Quevedo and R. Schneider (eds), Waging the Global War on Poverty, Paris: Organization for Economic Co-operation and Development (OECD)
de la Briere, B. and Rawling, L.B., 2006, Examining Conditional Cash Traansfer Programs: A Role for Increased Social Inclusion? Social Protection Discussion Paper No. 0603. Washington: D.C: World Bank
Farrington, J. 2005, Recognising and Tackling Risk and Vulnerability Constraints to Pro-Poor Agriculture, London: DFID Renewable Natural Resource and Agriculture team
Sabates-Wheeler, R. and Devereux, S., 2008, Transformative Social Protection: the Currency of Social Justice,

http://www.worldbank.org/

0 komentar:

Posting Komentar