Resensi Buku:
Pembaharuan
dalam Islam
Sejarah
Pemikiran dan Gerakan
Prof.
Dr. Harun Nasution
Oleh:
Agus Mauluddin, Sosiologi IIIA (copyright)
Prolog
Modernisasi
dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi di dunia Islam yaitu sekitar
permulaan abad ke-19. Ide-ide baru bermunculan di dunia Islam, disebabkan
adanya kontak dengan dunia Barat, seperti rasionalisme, nasionalisme, demokrasi
dan sebagainya. Hal itu, menimbulkan persoalan-persoalan baru, dan
pemimpin-pemimpin Islam pun mulai memikirkan cara mengatasi persoalan-persoalan
baru itu.
Paham-paham
baru yang timbul di dunia barat, dikoherensikan. Dalam artian, antara ilmu
pengetahuan dari barat disesuaikan dengan budaya Islam.
Buku
ini membahas tentang pemikiran dan gerakan pemabaharuan dalam Islam, yang
timbul di zaman atau periode modern dalam sejarah Islam itu.
Pembaharuan
yang mencakup pembaharuan yang terjadi
di tiga Negara Islam, yaitu Mesir, Turki dan India-Pakistan. Sebab pada garis
besarnya, pemikiran dan gerakan pembaharuan yang timbul dan terjadi di tiga
Negara Islam itu, tidak jauh berbeda dengan apa yang terdapat di Negara-negara
Islam lainnya.
Buku
ini bermanfaat bagi para Mahasiswa dan Umum, untuk penambah pengetahuan tentang
pemikiran dan gerakan pembaharuan terutama setelah mengingat bahwa literatur
mengenai masalah tersebut dalam bahasa Indonesia masih dirasa kurang.
Pembaharuan
dalam Islam
Sejarah
Pemikiran dan Gerakan
Dalam
term bahasa Indonesia kita sering mendengar vocab modern,
moderenisasi dan modernisme, seperti yang terdapat umpamanya dalam
“aliran-aliran modern dalam Islam” dam “Islam dan modernisasi”. Modernisme dalam masyarakat Barat mengandung
arti pikiran, aliran, gerakan dan usaha untuk merubah paham-paham,
adat-istiadat, institusi-institusi lama dan sebagainya, untuk disesuaikan dengan
suasana baru yang ditimbulkan oleh kemajuan ilmu-pengetahuan dan teknologi
modern. Atau term modernisme dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah gerakan yang bertujuan menafsirkan kembali doktrin
tradisional atau menyesuaikannya dengan aliran-aliran modern (filsafat,
sejarah, dan ilmu pengetahuan).
Di dunia Barat pun terjadi pembaharuan yang diakibatkan kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi modern dan memasuki lapangan agama Katolik dan
Protestan, yang akhirnya membawa kepada timbulnya sekularisme di masyarakat
Barat.
Ketika dunia
Islam dimasuki budaya modern, baik dalam hal ilmu pengetahuan maupun teknologi yaitu
sekitar permulaan abad 19, dalam sejarah Islam sebagai permulaan Periode Modern. Diakibatkannya kemajuan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi di dunia barat tidak di tolaknya di dunia Islam, dan
dengan jalan demikian pemimpin-pemimpin Islam modern mengharap akan dapat
melepaskan umat Islam dari suasana kemunduran untuk selanjutnya dibawa kepada
kemajuan.
Periodisasi Islam perspektif Prof. Dr. Harun Nasution
Pembaharuan dalam Islam di periode sejarah Islam mempunyai tujuan
untuk membawa Islam kepada kemajuan, karena dirasa jika Islam tetap stagnan dan
bersifat konservatif yang berdalih pada mempertahankan kemurnian Islam, menurut penulis tidak akan pernah
sampainya pada kemajuan dan akan selalu terbelakang dan bertendensi tertindas
bangsa lain terhadap Islam. Ada tiga periode besar yang dikemukakan Prof. Dr.
Harun Nasution, yaitu sebagai berikut:
1.
Periode
Klasik (650-1250 M)
Periode ini
merupakan zaman kemajuan dalam Islam dan dibagi ke dalam dua fase. Pertama,
fase ekspansi, integrasi dan puncak kemajuan (650-1000 M).
Hal-hal
(peristiwa) yang terjadi pada Periode Klasik fase ini, yaitu:
Ø Daerah Islam meluas melalui Afrika Utara sampai ke Spanyol di
Barat dan melalui Persia sampai ke India di Timur. Daerah tersebut tunduk pada
khalifah yang pada mulanya berkedudukan di Madinah, kemudian di Damaskus dan
terakhir dai Bagdad.
Ø Berkembang dan memuncaknya Ilmu Pengetahuan (agama maupun umum).
Ø “Menghasilkan” ulama-ulama besar seperti: Dalam Bidang Hukum: Imam
Malik, Imam Abu Hanifah, Imam Syafi’i dan Imam Ibn Hambal, Bidang Teologi:
Imam Al-Asy’ari, Imam Al-Maturidi, pemuka-pemuka Mu’tazilah seperti Wasil Ibn
‘Ata’, Abu Al-Huzail, Al-Nazzam dan Al-Jubba’i, Bidang Mistisme atau
Tasawuf Zunnun Al-Misri, Abu Yazid Al-Bustami dan Al-Hallaj, Bidang
Filsafat Al-Kindi, Al-Farabi, Ibn Sina dan Ibn Miskawaih, dan dalam Bidang
Ilmu Pengetahuan Ibn Al-Hasyam, Ibn Hayyan, Al-Khawarizmi, Al-Mas’udi, dan
Al-Razi.
Kedua, fase disintegrasi (1000-1250 M)
Hal-hal
(peristiwa) yang terjadi pada Periode Klasik fase ini, yaitu:
o Keruntuhan umat Islam, dalam bidang politik mulai pecah
o Kekuasaah khalifah menurun
o Bagdad dapat dirampas dan dihancurkan oleh Hulaga (1258 M).
o Khalifah sebagai lambang kesatuan umat Islam, hilang.
2.
Periode
Pertengahan (1250-1800 M)
Fase
Kemunduran (1250-1500 M)
Hal-hal
(peristiwa) yang terjadi pada Periode Klasik fase ini, yaitu:
Desentralisasi
Disintegrasi
meningkat
Perbedaan Sunni Syiah dan demikian juga antara Arab dan Persia
bertambah nyata kelihatan.
Dunia Islam terbagi dua. Bagian Arab: Arabia, Iraq, Suria,
Palestina, Mesir dan Afrika Utara dan Mesir sebagai pusat. Bagian Persia: Balkan,
Asia Kecil, Persia dan Asia tengah, dengan Iran sebagai pusat. Budaya Persia
mengambil bentuk internasional.
Pendapat
bahwa pintu ijtihad tertutup semakin meluas dikalangan umat Islam
Kurangnya
perhatian pada ilmu pengetahuan
Umat
Islam di spannyol dipaksa masuk Kristen atau keluar dari daerah itu.
Fase Tiga Kerajaan Besar (1500-1800
M) yang dimulai dengan zaman kemajuan (1500-1700 M) dan zaman kemunduran
(1700-1800 M). Kerajaan besar yang dimaksud ialah Kerajaan Usmani (Ottoman
Empire) di Turki, Kerajaan Safawi di Persia dan Kerajaan Mughal di India. Ketiga
kerajaan tersebut mempunyai kejayaan masing-masing terutama dalam bentuk
literature dan arsitek. Masjid-masjid dan gedung-gedung yang didirikan pada
masa itu masih bisa dilihat di Istambul, Tibriz, Isfahan serta kota-kota laindi
Iran dan di Delhi.
Pada zaman kemunduran , Kerajaan Usmani terpukul di Eropa, Kerajaan
Safawi dihancurkan oleh serangan-serangan suku bangsa Afgan, sedang daerah
kekuasaan kerajaan Mughal diperkecil oleh pukulan-pukulan Raja-raja India. Kekuatan
militer dan kekuatan politik Islam menurun. Umat islam dalam keadaan mundur dan
statis. Eropa dengan kekayaan-kekayaan yang diangkut dari Amerika dan Timur
jauh, bertambah kaya dan maju. Penetrasi Barat yang kekuatannya meningkat, ke
dunia Islam yang kekuatannya menurun, kian mendalam dan kian meluas. Akhirnya
Napoleon di tahun 1798 M menduduki Mesir, sebagai salah satu pusat Islam yang
terpenting.
3.
Periode
Modern (1800 M – seterusnya)
Hal-hal (peristiwa) yang terjadi pada Periode Klasik fase ini,
yaitu:
ü Kebangkitan Umat Islam
ü Sadar akan kelemahan umat Islam ketika Mesir bisa ke tangan Barat,
yang barat sudah timbul peradaban baru yang tinggi
ü Raja-raja dan pemuka-pemuka Islam menyusun strategi untuk meningkatkan
mutu dan kekuatan umat Islam kembali.
ü Timbul ide-ide pembaharuan dalam Islam
Menurut penulis, bahwa
determinan timbulnya Pembaharuan dalam Islam yaitu ketika Umat Islam pada masa
kemunduran yang ditandai oleh jatuhnya Mesir ke tangan Barat, berimplikasi
sadarnya umat Islam akan kelemahannya sendiri, yaitu Bangsa Barat sudah
mempunyai peradaban yang tinggi. Dan dibuktikan pada masa Modern sekitar tahun
1800-an timbulnya ide-ide pembaharuan dalam Islam. Pembaharuan dalam Islam ini
dalam artian Islam menerima budaya Barat, seperti ilmu pengetahuan dan
teknologi barat dan di sesuaikan dengan budaya Islam itu sendiri. Jadi
terjadinya suatu koherensi atau kesesuaian antara budaya barat dan Islam. Yang
pada akhirnya berimplikasi yaitu sintesis budaya Islam Modern.
Pembaharuan pra-modern
Kerajaan Utsmani
Pada
periode Pertengahan pun telah ada timbul pemikiran pembaharuan, yakni di
kerajaan Utsman. Pada abad ke-17 kerajaan Utsmani mulai mengalami
kekalahan-kekalahan dalam peperangan dengan Negara-negara Eropa.
Tentara-tentara yang dikirim untuk menguasai Wina dipukul kalah pada tahun
1699, dan mengharuskan kerajaan Utsmani menyerahkan Hongaria kepada Austria,
daerah Polandia kepada Polandia, dan Azov kepada Rusia.
Kekalahan-kekalahan
yang terjadi menstimulus Raja-raja dan pemuka-pemuka Kerajaan Utsmani untuk
menyelidiki sebab-sebab kekalahan mereka dan apa rahasia keunggulan lawan.
Mereka mulai memperhatika kemajuan-kemajuan Eropa, terutama Perancis.
Pembaharuan pun membawa perobahan-perobahan besar di Turki, walaupun
perobahan-perobahan itu terjadi bukan tidak mendapatkan tantangan apa-apa.
India
Permulaan abad
ke-18 kerajaan Mughal di India mulai memasuki zaman kemunduran. Hal tersebut
menyadarkan pemimpin-pemimpin Islam di India akan kelemahan umat Islam. Salah
satu dari pemuka itu adalah Syah Waliullah (1703-1762).
Diantara sebab-sebab yang membawa
kelemahan umat Islam, menurut pemikirannya adalah perobahan sistem pemerintahan
dalam Islam dari sistem kekhalifahan menjadi sistem kerajaan. Atau istilah lain
bahwa sistem pemerintahan absolut harus diganti dengan sistem pemerintahan
demokrasi. Dan sebab lain pun yaitu terjadinya pepecahan di kalangan umat Islam
sendiri. Adanya madzhab-madzhab dalam Islam, seperti Syiah dan Sunni. Juga
sebab lian yaitu masuknya adat-istiadat dan ajaran-ajaran bukan Islam ke dalam
keyakinan umat Islam.
Perlunya
terjemahan al-Quran yang bisa dipahami oleh orang “awam”, walaupun sempat
menuai kontroversi. Karena perlunya pemaknaan terhadap al-Quran, yang secara
esensi bisa dipahami.
Arabia
Dalam
pembaharuan di Arab adanya aliran Wahabiah, yaitu pada abad ke-19. Pemikiran
yang dicetuskan Muhammad Abd Al-Wahab
untuk memperbaiki kedudukan umat Islam timbul bukan sebagai reaksi
terhadap suasana politik seperti yang terdapat di kerajaan Usmani dan kerajaan
Mughal, tetapi reaksi terhadap paham tauhid yang terdapat di kalangan umat
islam di waktu itu. Kemurnian paham Tauhid mereka telah dirusak oleh
ajaran-ajaran tarekat yang semenjak abad ke-13 memang tersebar luas di dunia
Islam. Juga disamping itu ada determinan yang merusak Tauhid umat Islam, yaitu
adanya Animisme yang mempengaruhi umat Islam.
Pembaharuan-pembaharuan
Pembaharuan-pembaharuan
yang terjadi di Mesir, yaitu adanya tokoh sentral Muhammad Ali Pasya, Al-Tahtawi,
Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad Abduh, Rasyid Rida. Juga di Turki, ada Sultan
Mahmud II, Usmani Muda, Turki Muda, Mustafa Kemal. Ada pula India-Pakistan, seperti
Sayyid Ahmad Khan, Sayyid Amir Ali, Iqbal, Jinnah, Abul Kalam Azad. Yang secara
esensi pemikiran-pemikiran para pembaharu yakni:
-
Umat Islam harus
kembali kepada ajaran Islam yang sebenarnya
-
Segala bid’ah
yang tidak sesuai dengan Islam dan yang membawa kepada kemunduran dan kelemahan
umat Islam di buang.
-
Pintu Ijtihad di
buka
-
Dinamika di
kalangan umat Islam harus dihidupkan kembali, dengan menjauhkan paham tawakal
dan paham jabariyah
-
Umat Islam harus
dirangsang untuk berpikir dan banyak berusaha
-
“Wahyu memandu
Ilmu”
-
Ilmu bersinergi
dengan wahyu
-
Pemerintah
Absolut harus diganti dengan pemerintahan demokrasi
-
Pembaharuan dilaksanakan
dengan tidak meninggalkan agama