Selasa, 18 November 2014

Retorika Sosial


RETORIKA SOSIAL
AGUS MAULUDDIN (SEMESTER VII)
1211105008


photo from: darunnajah.com

1.      Retorika Sosial secara etimologi berasal dari bahasa Latin, dari kata “Rhetorica” yang bermakna seni berbicara. Dan juga bahasa Inggris “Rhetoric” yang berarti kepandaian berpidato atau berbicara. Sedangkan secara terminologi dikenal dengan istilah “The art of  speaking” yang artinya seni di dalam berbicara atau berpidato. Sehingga secara simplistis dapat dikemukakan bahwa retorika adalah suatu bidang ilmu yang mempelajari atau membicarakan tentang bagaimana cara berbicara yang mempunyai daya tarik, sehingga orang yang mendengarkannya dapat mengerti dan tergugah  perasaannya. Disana pun ada istilah sosial, yang dimaksudkan bahwa konten dari pembicaraan atau isi pidato yang disajikan “berbau” sosial.

Pandangan-pandangan Tokoh tentang Retorika Sosial yaitu diantaranya:
-    Socrates mengemukakan bahwa retorika membicarakan tentang bagaimana mencari kebenaran  dengan cara dialog, karena dengan dialog kebenaran dapat dicari.
-     Plato mengatakan bahwa retorika adalah kemampuan di dalam mengaplikasikan bahasa lisan dan merupakan jalan bagi seseorang untuk mendapatkan pengetahuan yang luas dan sempurna.
-    Richard E. Young, menyebutkan bahwa retorika adalah ilmu yang mengajarkan bagaimana      menggarap masalah tutur kata secara sistematik, dan epistemologis.
-     Ton Kertapati mengartikan retorika sebagai kemampuan seseorang untuk menyatakan pikiran dan perasaannya dengan menggunakan kemampuan bahasa.
Dari pemaparan para tokoh diatas, penulis mendapatkan pemahaman tentang pengertian retorika sosial. Jadi Retorika Sosial adalah ilmu yang mempelajari tentang cara berbicara mengenai fenomena sosial dengan menggunakan kemampuan bahasa, tutur kata yang sistematis agar lawan bicara dapat dengan mudah memahami dan memiliki ketertarikan terhadap apa yang dibicarakan.
2.      Tahapan-tahapan Pidato
-         Menentukan Tujuan Pidato
Tujuan pidato harus jelas. Apa tujuan berpidato? apakah memberikan informasi, menghibur atau membujuk. Selain itu juga harus merumuskan dengan jelas tujuan khususnya, yaitu tanggapan apa yang diharapkan setelah pidato itu selesai.
-         Mengumpulkan Bahan
Setelah merumuskan tujuan pidato serta menganlisis pendengar, maka sudah siap untuk menggarap naskah pidato. Memulai menulis naskah pidato dengan menggunakan hal apa yang telah diketahui mengenai persoalan yang akan dibicarakan/sampaikan. Jika hal ini dianggap kurang cukup, maka haruslah mencari bahan-bahan tambahan yang berupa fakta, ilustrasi, cerita atau pokok-pokok yang konkret untuk mengembangkan pidato ini.
Tidak ada salahnya bertanya kepada orang/pihak yang mengetahui persoalan yang akan dibicarakan. Buku-buku, majalah-majalah, peraturan-peraturan dan surat kabar merupakan sumber informasi yang kaya yang dapat digunakan sebagai bahan dalam rangka menguraikan isi pidato.
-         Membuat Kerangka Pidato
Dengan bahan-bahan yang sudah terkumpulkan, maka dapat menyusun pokok-pokok yang paling penting dengan tata urut yang baik. Di dalam kerangka ini harus terlihat adanya kesatuan dan koherensi antar bagian.
Contoh Kerangka Pidato
Inti dari kerangka pidato adalah: (1) pendahuluan, (2) isi, dan (3) penutup
1.      Pendahuluan: bagian pendahuluan berisi salam pembuka, ucapan terima kasih (bila ada yang diberi ucapan), dan kata pengantar untuk mengarah kepada isi pidato;
2.      Isi: bagian isi memuat uraian pokok yang terdiri atas topik atau pokok utama dan sub-sub topik yang memperjelas atau menghubungkan dengan topik utama;
3.      Penutup: bagian penutup berisi kesimpulan, harapan (bila ada), dan salam penutup.
-         Menguraikan isi pidato
Dengan menggunakan kerangka yang telah dibuat, ada dua hal yang bisa dilakukan: (1) Dapat mempergunakan kerangka tersebut untuk berpidato, dan (2) menulis atau meyusun naskah pidato secara lengkap yang dibacakan atau yang dihafalkan.

Tahapan-tahapan Pidato dengan Contoh
Pidato Peringatan Hari Pahlawan Nasional 10 November 2014
1.      Menentukan Tujuan Pidato
Pidato peringatan Hari Pahlawan Nasional ini bertujuan untuk mengingatkan kembali akan sejarah para Pahlawan. Para Pahlawan yang dengan gigih memperjuangkan tanah air.
2.  Mengumpulkan Bahan
     Bahan-bahan dikumpulkan dari berbagai literature, terutama dari literature sejarah bangsa Indonesia.
3.  Membuat Kerangka Pidato
a. Pendahuluan
Salam pembuka dan ucapan terimakasih dan juga berikan kata pengantar yang mengarahkan pada pembahasan peristiwa hari Pahlawan.
b. Isi
Paparkan bagaimana peristiwa hari Pahlawan tersebut, kapan terjadinya, siapa yang terlibat dan lain-lainnya.
c. Penutup
Bagian ini menjelaskan kesimpulan dan sampaikan pula, bahwasanya kita tidak boleh melupakan jasa-jasa para Pahlawan.
4.      Menguraikan Pidato
Setelah kerangka tadi di buat, maka saatnya menguraikan dari awal hingga akhir.
Selamat mencoba!!!

3.      Skema Retorika Sosial yang baik dan buruk (perspektif penulis)
-         Retorika Sosial yang baik
1.      Memiliki gesture yang bagus;
2.      Cara menyampaikan materinya bagus/jelas/tidak berbelit;
3.      Apa yang disampaikan jelas (to inform, to entertain, etc);
4.      Menguasai materi (sosial);
5.      Menguasai audience.

-         Retorika Sosial yang buruk
1.     Pengambilan bloking yang tidak tepat (seperti mondar-mandir/gerak yang berlebihan, menyibak-nyibak rambut ketika berbicara, garuk-garuk kepala tidak jelas dan lain sebagainya);
2.      Materi yang disampaikan tidak memiliki arah dan tujuan materi itu dibawakan kemana;
3.      Penyampaian tidak jelas (apakah menginformasikan, menghibur atau apa?)
4.      Dikuasai emosional (seperti demam panggung yang berlebih, dan terkadang berkeringat yang berlebih);
5.      Dikuasai audience (seperti keadaan gaduh dan riuh)..

Minggu, 13 Juli 2014

PERSYARATAN PENDIRIAN YAYASAN

PERSYARATAN PENERBITAN
TERDAFTAR  YAYASAN (STUDI KASUS KOTA BANDUNG)
2014
 
photo from: google
1. Surat Permohonan ijin terdaftar dari Ketua Yayasan yang ditujukan kepada Kepala Dinas Sosial Kota Bandung (asli);
2. Rekaman/copy (Asli diperlihatkan pada penyampaian surat permohonan);
a.    Akta Pendirian Yayasan yang diterbitkan oleh Notaris dan telah terdaftar di Departemen Hukum dan HAM RI serta Pengadilan Negeri (PN) setempat;
b.     Surat keterangan Domisili Yayasan yang diterbitkan oleh Lurah dan Camat setempat;
c.     Anggaran Dasar ( AD/ART) Yayasan;
d.     Susunan dan struktur Pengurus Yayasan;
e.      Foto Copy Keterangan / identitas diri Pengurus Yayasan (KTP);
f.       Program Kerja Yayasan;
g.      Foto Copy Rekening Bank atas nama Yayasan;
h.      Plang/papan nama Yayasan.
3. Penyampaian permohonan penerbitan terdaftar Yayasan harus dilakukan oleh Ketua Yayasan atau Pengurus yang tercantum dalam akta pendirian Yayasan.
4. Penerbitan Terdaftar Yayasan selama 7 hari kerja Tanpa Biaya.

Sources: Dinsos Kota Bandung

Kamis, 19 Juni 2014

PMKS (PENYANDANG MASALAH KESEJAHTERAAN SOSIAL) KOTA BANDUNG


Foto: from newsindonesiamedia

Foto: from Tribunnews

Foto: from khatarbinajayabakhti

PMKS (PENYANDANG MASALAH KESEJAHTERAAN SOSIAL) 

KOTA BANDUNG

1     1. Balita Terlantar
2     2. Anak Terlantar
3     3. Anak yang menjadi Korban Tindak Kekerasan
4     4. Anak Nakal
5     5. Anak Jalanan
6     6. Anak Cacat
7     7. Wanita Rawan Sosial Ekonomi
8     8. Wanita yang menjadi Korban Tindak Kekerasan
9     9. Lansia Terlantar
1     10. Lansia yang menjadi Korban Tindak Kekerasan
1     11. Penyandang Cacat
1     12. Penyandang Cacat Bekas Penderita Penyakit Kronis
1     13. Wanita Tuna Susila
1     14. Pengemis
1     15. Gelandangan
1     16. Bekas Narapidana
1     17.  Korban Penyalahgunaan Narkotika/Napza
1     18.  Keluarga Fakir Miskin
1     19.  Keluarga Berumah Tidak Layak Huni
2     20.  Keluarga Bermasalah Psikologi
2     21.  Komunitas Adat Terpencil
2     22.  Masyarakat yang Tinggal di daerah Rawan Bencana
2     23.  Korban Bencana Alam
2     24.  Korban Bencana Sosial
2     25.  Pekerja Migran Terlantar
2     26.  Penyandang HIV/AIDS
2     27.  Keluarga Rentan

Sumber: Dinas Sosial Kota Bandung

Minggu, 01 Juni 2014

FUNGSIONALISME

Fungsionalisme (Jones, 2010: 52) secara simplistik merupakan paham, teori yang berbicara tentang fungsi. Sosiolog kenamaan inggris Herbert Spencer menyebutkan dalam konsep analogi organik, dalam struktur sosial terdapat fungsi-fungsi di dalamnya seperti kerja organisme biologi. Kerja otak tergantung kerja paru-paru, yang tergantung pada kerja jantung dan seterusnya. Satu kesatuan organisme memiliki fungsi masing-masing dan saling bergantung satu sama lain. Begitu pula pada realitas sosial, struktur sosial terdiri dari berbagai sistem didalamnya atau unsur-unsur pokok dalam masyarakat satu sama lainnya saling bergantung dan terkait. Struktur Sosial (Bungin, 2011:43) dapat diartikan sebagai unsur-unsur pokok dalam masyarakat. Unsur-unsur pokok tersebut seperti Kelompok Sosial, Institusi (lembaga) Sosial, Stratifikasi Sosial, Mobilitas Sosial, Kekuasaan dan Kebudayaan.
Institusi (lembaga) sosial sebagai salah satu unsur pokok masyarakat memiliki beberapa varian, salah satu diantaranya lembaga sosial, politik, budaya, agama dan lain sebagainya. Ditarik satu varian untuk lebih mempermudah pemahaman, misalnya lembaga politik, karena memang tahun 2014 ini merupakan tahun politik. Gaung politik begitu terdengar luas ke seantero negeri. Lembaga politik mempunyai fungsi-fungsi dalam aspek politik, seperti mengaturn pemilihan umum presiden 2014 – 2019, sosialisasi pemilu kepada seluruh masyarakat indonesia.
Institusi pendidikan pun termasuk dalam institusi yang begitu penting dan memiliki keterkaitan dengan institusi politik. Pendidikan politik begitu penting karena menjadi seorang pemilih cerdas, haruslah memiliki pendidikan politik yang mumpuni juga. Ketika bersinergis antara institusi pendidikan dan poltiik sebagai salah satu contoh, maka akan terjadinya fungsi-fungsi yang baik dalam sebuah institusi tersebut.
Unsur-unsur pokok dalam masyarakat menjadi suatu yang berbeda, akan tetapi menjadi satu kesatuan yang utuh. Misalnya: suatu yang riil dalam masyarakat terdapat stratifikasi sosial, karena memang dalam masyarakat terdapat kekuasaan dan kebudayaan, dan juga bisa berpengaruh terhadap mobilitas sosial. Secara sederhana seperti ini, bahwa stratifikasi sosial atau lapisan sosial akan terjadi karena ada seseorang yang berkuasa dan dikuasai, hal tersebut menandakan adanya stratifikasi sosial. Akibat dari lapisan sosial dan kekuasaan tadi maka akan terdapat mobilitas sosial atau perubahan kelas tertentu.

Fungsionalisme secara esensi merupakan paham yang berbicara tentang fungsi-fungsi. Sebuah masyarakat terdapat unsur-unsur pokok, antara satu unsur dengan unsur yang lainnya memiliki fungsi masing-masing yang saling mendukung, sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh. Jika fungsi-fungsi tersebut tetap terjaga, maka sebuah masyarakat akan seimbang.[]


By: Agus Mauluddin, Sosiologi VI A

STRUKTURALISME

Strukturalisme secara umum adalah paham yang berbicara tentang struktur. Struktur yang dimaksud merupakan struktur dalam pemahaman fungsionalisme struktural atau struktur-struktur yang ada dalam masyarakat, juga sering disebut sebagai struktur sosial. Struktur Sosial (Bungin, 2011: 43) adalah unsur-unsur pokok dalam masyarakat. Unsur-unsur pokok dalam masyarakat tersebut diantarnya adalah kelompok sosial, institusi sosial, stratifikasi sosial, mobilitas sosial dan kebudayaan.
Strukturalisme menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah gerakan linguistik yang berpandangan bahwa hubungan antara unsur bahasa lebih penting dari pada unsur itu sendiri, satu-satunya objek bahasa adalah sistem bahasa, dan penelitian bahasa dapat dilakukan secara sinkronis.
Strukturalisme (Ritzer, 2012: 1031) dalam konsep sosiologi bukan struktur yang sama seperti  disebutkan oleh para pemerhati fungsionalisme struktural, akan tetapi lebih memfokuskan pada struktur linguistik. Strukturalisme membicarakan bahasa, sebagai suatu kode untuk memahami apa yang ingin disampaikan. Dalam kajian sosiologi komunikasi bahasa sebagai suatu alat komunikasi antara komunikator dengan komunikan atau antara pemberi pesan kepada penerima pesan.
Pesan (Nasrullah, 2012: 40) merupakan titik sentral dalam proses komunikasi. Bahasa sebagai media dan pesan sebagai makna yang ingin disampaikan tentunya membutuhkan penerimaan yang baik, agar pesan yang disampaikan bisa diterima secara utuh. Pemaknaan terhadap apa yang disampaikan merupakan konsep interaksionisme simbolik. Karena berbicara strukturalisme berbicara pula interaksionisme sombolik. Ketika proses pemaknaan terhadap suatu objek, individu pun melakukan role taking dari lawan pembicaranya.
Semiotika merupakan konsep atau teori yang mendasar dalam stukturalisme. Karena strukturalisme dimaknai pada fokus linguistik, yakni ilmu yang mengkaji bahasa, sombol-simbol dan lain-lainnya atau dengan kata lain semiotika menjadi pembahasan yang penting dalam strukturalisme. Misalnya saja, perubahan sosial masyarakat A memiliki progresivitas yang signifikan, disebabkan karena aturan yang memberlakukan “Tamu Wajib Lapor 1X24 jam” dan “Satu Wilayah 1 Pos Siskamling (Sistem Keamanan Lingkungan)” Karena peraturan tersebut maka kestabilitasan wilayah A menjadi baik, jika dibandingkan sebelum-sebelumnya. Karena pra diberlakukannya aturan tersebut, wilayah A sering terjadi pencurian.
Strukturalisme sebagai teori yang mengkaji “tanda”, simbol-simbol baik itu secara fisik maupun non fisik. Secara fisik seperti tanda pada rambu-rambu lalu lintas, dan non fisik seperti role taking atau pengambilan peran dari orang lain, memaknai apa yang orang “sampaikan”. Karena “tanda” seperti tersebut akan berpengaruh terhadap perubahan sosial pada suatu masyarakat. []


By:  Agus Mauluddin, Sosiologi VI A_Strukturalisme pada Kajian Perubahan Sosial



Pancasila Sebagai Ideologi Nasional

Mengapa bangsa Indonesia mampu mempertahankan persatuan dan kesatuan ? salah satu jawabannya adalah karena kita telah sepakat Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi nasional Indonesia. Nilai-nilai luhur Pancasila merupakan kesepakatan bersama dan menjadi titik temu antarkelompok dan golongan masyarakat Indonesia. Sebagai ideologi negara, nilai-nilai yang terkandung di dalamnya diterima dan dijadikan acuan bersama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu, kita perlu memelihara dan mempertahankan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi bangsa Indonesia.
Istilah ideologi terbentuk dari kata idea dan logos. Kata idea berarti gagasan, ide, cita-cita atau konsep. Sedangkan logos berarti ilmu. Jadi, secara harfiah ideologi berarti ilmu pengetahuan tentang ide-ide (the science of ideas). Pengertian Ideologi menurut M. Sastrapratedja ideologi adalah seperangkat gagasan atau pemikiran yang berorientasi pada tindakan yang diorganisir dalam suatu sistem yang teratur. Menurut saya ideologi adalah kumpulan ide-ide atau nilai-nilai yang dijadikan dasar atau sumber.
Pancasila sebagai Ideologi Bangsa Indonesia karena sebuah negara tentu membutuhkan ideologi nasional. Di dalam ideologi nasional itu tercantum seperangkat nilai yang dianggap baik dan cocok bagi masyarakat Indonesia. Nilai – nilai itu diterima dan diakui serta menjadi tujuan mulia dari bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia sudah sepakat bahwa nilai – nilai itu adalah nilai – nilai yang terkandung dalam Pancasila. Pancasila adalah ideologi nasional dari bangsa Indonesia. Pancasila sebagai ideologi nasional bersifat terbuka karena memenuhi dimensi realitas, idea dan fleksibel.
Bagaimana jadinya jika suatu Negara tidak mempunyai ideologi? Jawabannya maka akan hancur, karena tidak ada suatu dasar yang dianut yang tentunya hal itu akan timbulnya perpecahan. Karena salah satu esensi ideologi yang dianut suatu Negara yaitu sebagai alat pemersatu. Penulis sependapat dengan pandangan bahwa pancasila merupakan pilihan ideologi yang tepat untuk bangsa Indonesia yang heterogen. Kita perlu memelihara bangsa dan menjadikan pancasila  sebagai acuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.[]

By: Agus Mauluddin Sosiologi 1A (2011)