Sabtu, 02 Maret 2013

Penghayatan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia


Penghayatan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Oleh: Agus Mauluddin (copyright)





Prolog
Sering kita mengetahui akan sesuatu, hanya secara lafal kita mengetahui, secara historis kita memahami hingga runtut peristiwa-peristiwa sejarah yang ditorehkan oleh tinta emas. Akan tetapi apakah kita mengetahui dengan penuh penghayatan terhadap historis tersebut? Bisa ia bisa tidak. Yang pastinya kita flashback lagi betapa gigihnya para pejuang bangsa dalam mendapatkan kemerdekaan dari para penjajah dan mempertahankan kemerdekaannya itu. Kita selaku anak bangsa yang hanya menikmati hasil jerih payah para pejuang bangsa. Hal seperti ini seharusnya menjadi renungan bagi kita. Para founding father yang telah gigih merebut kemerdekaan dan kita selaku anak bangsa yang hanya menikmati kemerdekaannya ini harus bisa berjuang pula, gigih dalam menjaga kemerdekaan.
Tulisan sederhana ini akan menceritakan kembali sejarah proklamasi kemerdekaan Indonesia, bukan hanya sebatas sejarah yang ditorehkan lewat tulisan ini, akan tetapi behind phenomenon tersebut. Agar anak bangsa bisa menghayati perjuangan para pendiri bangsa Indonesia ini dengan penuh penghayatan di setiap torehan tulisan ini.
Renungan histories perjuangan kemerdekaan bangsa
Hostories kemerdekaan bangsa, diawali terjadinya peristiwa bom Atom di kota Hirosima pada tanggal 6 Agustus 1945 dan disusul di kota Nagasaki pada tanggal 9 Agustus 1945. Jepang dipaksa menyerah tanpa syarat kepada sekutu, yang diketuai oleh Amerika Serikat. Hal tersebut tidak disia-siakan oleh para pejuang bangsa. Ada dua golongan pejuang bangsa, yakni dari golongan tua dan golongan muda. Golongan muda berpandangan, dengan terjadinya peristiwa tersebut golongan muda menginginkan bangsa Indonesia cepa-cepat memerdekakan diri. Akan tetapi golongan tua tidak mensepakatinya. Golongan tua menganggap keputusan golongan muda untuk cepat-cepat memerdekakan bangsa itu terkesan terburu-buru, ditakutkan bangsa Indonesia belum siap dan bisa terjadinya pertumpahan darah. Rakyat Indonesia yang harus banyak berguguran dan banyak lagi korban dari ketidak berperikemanusiaannya para penjajah.
Diadakannya perundingan untuk membentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) atau dalam bahasa Jepangnya Dokuritsu Junbi Inkay. Akan tetapi PPKI ini tidak disepakati oleh golongan muda, karena dirasa adanya intervensi jepang. Golongan muda menginginkan proklamasi kemerdekaan indonsia diberitakan melalui radio agar bisa diketahui oleh seluruh bangsa.
Golongan muda memutuskan untuk menculik Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta ke Rengas dengklok. Mereka beralasan agar Soekarno dan Moh. Hatta tidak terintervensi oleh jepang. Golongan tua dan golongan muda mengadakan suatu perundingan. Dimana dari golongan Tua berhasil menenangkan golongan muda untuk tidak terburu-buru dalam memproklamasikan bangsa. Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta pun kembali ke Jakarta. Sesampainya di Jakarta langsung menuju ke kediaman Laksamada Maeda untuk merumuskan Proklamasi bangsa yang dirasa aman dari jepang. Karena bagaimana jadinya jika dalam perumusan proklamasi itu diketahui jepang, bisa saja para pejuang bangsa akan diberi hukuman secara kejam tidak berperikemanusiaan. Semalaman suntuk para pejuang bangsa merumuskun teks proklamasi, tak kenal lelah, tak kenal menyerah, dengan gigih, tanpa pamrih, hanya untuk kebebasan bangsa Indonesia ini dari para penjajah.
Konsep naskah proklamasi yang disepakati yaitu konsep naskah Ir. Soekarno. Dan teks proklamasi diketik oleh Sayuti Melik.
Pembacaan teks proklamasi dilakukan di kediaman Ir. Soekarno di jalan pegangsaan timur No. 56 Jakarta karena dirasa lebih aman. Tepatnya pada jam 10.00 WIB, hari jumat teks proklamasi dibacakan.
Epilog
Sekedar review, bahwa perjuangan bangsa Indonesia dalam mendapatkan kemerdekaan tidak semudah yang dibayangkan, apalagi sekarang di era dewasa ini anak bangsa hanya sudah bisa menikmati an sich apa yang sudah diperjuangkan oleh para pahlawan yang gigih dalam membela bangsa tercinta. Mari kita implementasikan esensi-esensi perjuangan yang telah ditorehkan oleh para pahlawan bangsa di era dewasa ini.

Konvergensi antara Rural dan Urban


Konvergensi antara Rural dan Urban
Sebuah Refleksi Jurnal
Oleh: Agus Mauluddin, Sosiologi A IV (copyright)




Ketika kita membicarakan urban atau kota, kita pun tidak terlepas dari yang namanya desa. Berbicara tentang kota yang ada dalam pikiran kita itu masyarakatnya heterogen, modern, maju. Dan desa adalah antitesis dari urban an sich. Timbul pertanyaan, apakah kota hanya berkutat seputar itu? Dan sering orang mengkonotasikan desa itu declining? Akan tetapi perlu kita ketahui, antara kota dan desa ada konvergensi diantara kedua term tersebut.
Berangkat dari tulisan Dr. Ir. Arief Daryanto, M. Ec., beliau mengatakan bahwa antara Rural dan Urban (Desa dan Kota) saling bersimbiosis. Ketika sektor pertanian tepatnya masyarakat rural dalam memberikan sumbangsih dalam aspek pangan, disana terdapat topangan terhadap sektor industi tepatnya masyarakat urban. Secara deply bahwa rural memberikan sumbangsih bagi kehidupan masyarakat urban.
Diambil contoh, ketika daerah rural sudah mampu memaksimalkan sektor pertaniannya yang barangtentu ada demand dari pemerintah penulis rasa aspek pangan desa, kota maupun secara overall bangsa Indonesia pun akan tercukupi. Begitu pula masyarakat urban akan sangat terbandu dan akan memuluskan sektor industri masyarakat urban. Karena Indonesia tidak perlu lagi mengimpor pangan dari Negara lain, cukup dengan memaksimalkan pangan di dalam negeri.
Akan tetapi secara realistis, kita bisa temukan di negeri ini terdapatnya disparitas atau kesenjangan yang dialami antara rural dan urban. Berbicara Indonesia dalam sektor pertaniannya tidak diragukan lagi, akan tetapi bukti empirisnya seperti apa? Sangat miris sebenarnya Indonesia yang notabene Negara agraris besar malahan dari beberapa literalur ada yang mengatakan Negara agraris terbesar, akan tetapi untuk mencukupi kebutuhan pangan dalam negerinya saja masih mengimpor. Seakan terjadinya dikotomi antara das solen dan das sein atau pernyataan dan kenyataan itu berbeda.
Solusi yang ditawarkan penulis terhadap realita yang ada yakni  berangkat dari potensi Indonesia dalam sektor pertanian yang sangat besar, “Indonesia” harus bisa memaksimalkan sektor pertaniannya itu dan tidak terlepas pula dari demand pemerintah. Kenapa seperti itu? Karena, ketika “Indonesia” sudah lihai dalam sektor pertaniannya, akan tetapi tidak ada dukungan dari pemerintah hasilnya akan nihil. Dan yang dirasa saat ini pula aspek pangan Indonesia belum bisa mencukupi kehidupan bangsanya sendiri. Dan juga disamping memaksimalkan potensi indinesia dalam sektor pertanian, perlu juga pemerintah Indonesia memulai untuk membatasi impor hingga pada titik akhir tidak perlu lagi mengimpor dari Negara lain. Ketika hal tersebut sudah berjalan, maka perlunya di benahi tataran intern­nya. Dalam artian dalam negerinya. Misalnya tidak ada lagi disparitas, harus adanya pemerataan antara rural dan urban, jangan memandang sebelah mata daerah rural, karena penopang terbesar pula terdapat di daerah rural.  
Dilihat dari aspek lain, daerah urban memberikan sumbangsih pula bagi bangsa ini, melalui industrinya dan tidak terlepas pula dari sumbangsih daerah rural yang menopang terhadap berjalannya daerah urban. Jika dilihat dari pandangan Ashaluddin Jalil, beliau mengatakan adanya aspek penunjang, dari daerah rural memberikan sumbangsih terhadap daerah urban dalam sektor industri, misalnya dalam pemenuhan tenaga kerja bagi industri.
Jadi secara conclution antara daerah rural dan daerah urban terdapatnya simbiosis mutualis, antara kedauanya itu terdapat saling kesinambungan, saling menopang satu sama lainnya.

Kenapa langit warnanya biru?


Kenapa langit warnanya biru?
Cahaya itu gelombang. Merah, kuning, orange itu  gelombang panjang. Biru itu gelombang pendek. Sedangkan atmosfer itu satu frekuensi dengan gelombang pendek terutama warna biru. Jadi atmosfer menahan dan menghamburkan warna biru itu dilangit. Itu mengapa langit warnanya biru. (Film Habibie & Ainun) 
Oleh: Agus Mauluddin (copyright)