Sabtu, 17 September 2016

PON XIX/2016 Jawa Barat Dongkrak Perekonomian Rakyat

Perhelatan Akbar “se-Indonesia” akan dibuka tidak lama. Pembukaan akan terselenggara malam ini, dibuka langsung oleh Presiden Republik Indonesia, Presiden Joko Widodo. Pekan Olah Raga Nasional (PON) ini dijadwalkan terselenggara hingga 29 September 2016 mendatang.

Berbagai pertandingan dari berbagai cabor (cabang olahraga) dipertontonkan dan menjadi suguhan epik, sebab para pemenang dari setiap cabor bak pahlawan yang mengangkat nama daerah dan menjadi wakil daerah sebagai peraih torehan emas, perak atau perunggu.

PON XIX/2016 ini bertempat di Jawa Barat. Berbagai daerah dari belahan Indonesia akan menampilkan performa terbaiknya di Tanah Legenda. Jawa Barat, didaulat menjadi Tuan Rumah penyelenggaraan PON XIX/2016. Dengan mengusung cita-cita, sekaligus harapan bersama, terselenggaranya PON XIX/2016 yang Sukses Prestasi, Sukses Penyelenggaraan, Sukses Perekonomian Rakyat dan Sukses Administrasi.


Sumber Gambar: jalan2.com


Pelaksanaan PON XIX/2016 Jawa Barat ini berdasarkan surat keputusan KONI pusat No. 57 Tahun 2015 tentang Penyempurnaan Surat Keputusan KONI Pusat No. 42 Tahun 2014 Tentang Penetapan Cabang Olahraga. Nomor-nomor Pertandingan Perlombaan dan Kuota Atlet setiap Cabang Olahraga Pekan Olahraga Nasional (PON) Tahun XIX/2016 Jawa Barat. PON XIX/2016 ini terdiri dari 44 cabang olahraga, 10 cabang olahraga eksebisi dengan total nomor pertandingan, 365 pertandingan putra, 302 pertandingan putri, 33 pertandingan campuran dan 50 pertandingan terbuka di 61 Venue yang tersebar di 15 Kabupaten/Kota di Jawa Barat. Sekitar 8403 atlet diluar atlet tuan rumah memperebutkan 755 medali emas, 755 medali perak, 962 medali perunggu dan diawasi sekitar 2195 PP/Wasit/Juri (pon-peparnas2016jabar.go.id, 7/9). Jumlah yang tidak sedikit bukan, orang yang akan “memadati” Tanah Legenda (Jawa Barat) pada perhelatan tersebut. Lantas apa?

Dongkrak Ekonomi Rakyat

Senada dengan apa yang dicita-citakan penyelenggara, yakni Jawa Barat -sebagai tuan rumahnya-, memiliki cita-cita luhung, yaitu “Sukses Perekonomian Rakyat”. Dari perhelatan tersebut sebenarnya tidak hanya hajat terkait Olah Raga semata, namun merupakan hajat berbagai elemen masyarakat. Apa maksudnya?

Dari beberapa informasi menyebutkan, ternyata tidak hanya sejumlah atlit dan ofisial dan lain-lainnya yang memang memiliki andil langsung dalam perhelatan olah raga empatahunan ini, namun ada pula para supporter dari setiap daerah dan para atlit yang membawa keluarganya (Tempo, 6/9). Semakin fantastis bukan jumlahnya. Pertanyaan sederhananya, mereka akan tinggal dimana? Bagaimana mereka mendapatkan makanan, hiburan dan lain sebagainya selama perhelatan tersebut berlangsung?

Berdasarkan informasi yang dapat penulis himpun dari berbagai sumber, menyebutkan kebutuhan akan hunian semisal Hotel melonjak tinggi. Maka tidak heran para pengelola hunian sedang sibuk mempersiapkan semuanya sedimikian rupa. Disamping itu, kebutuhan akan hiburan dan asupan makan selama berlangsungnya perhelatan -atau mungkin saja diantara supporter atau keluarga para atlit, ada yang memang sengaja, bukan hanya untuk menghadiri dan memeriahkan perhelatan, tapi memang dipersiapkan untuk berwisata di Kota Bandung (yang menjadi pusat perhelatan), karena Kota Bandung menjadi magnet tersendiri bagi para wisatawan Nusantara, dari mulai kota kreatif hingga kota kuliner disandangnya. Begitu pula dengan Kabupaten/Kota lainnya di Jawa Barat yang menjadi penyedia Venue cabor yang dipertandingkan. Seperti, Kabupaten Bandung (Bulu Tangkis, Wushu dll), Kabupaten Ciamis (Sepeda BMX), Kabupaten Pangandaran (Terjun Payung) dan lainnya.
Disini merupakan momen yang tepat untuk mendongkrak perekonomian rakyat.

Dalam memenuhi kebutuhan para atlit, ofisial, supporter, pun demikian keluarga para atlit selain kebutuhan hunian, yaitu kebutuhan akan hiburan dan kuliner, perlunya melibatkan berbagai elemen di masyarakat. Seperti misalnya pemkab/pemkot menyelenggarakan “CN Festival” (Culinary Night), yang terpenting dilibatkannya elemen masyarakat didalamnya. Semisal, para penyedia produk (kuliner) tersebut merupakan warga sekitar. Yang paling penting juga, “CN Festival” ini sebagai ajang promosi produk-produk lokal. Dalam “CN Festival” ini bisa pula diselipkan “Galeri Wisata”. Artinya, “Galeri Wisata” ini mempromosikan tempat-tempat wisata di daerahnya, berupa konsep Galeri.

Dengan demikian akan mendongkrak pendapatan daerah. Karena dengan adanya “Galeri Wisata” ini secara tidak langsung menginformasikan pada para pengunjung asing (orang diluar daerah), “Ini loh di daerah kami ada tempat-tempat wisata yang recommended untuk anda-anda sekalian kunjungi”. Selain “CN Festival”, bisa diterapkan pula Pasar Desa, -yang menjadi salah-satu program Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT)- dengan konsep yang sama yakni pelibatan elemen masyarakat didalamnya. Seperti misalnya, keterlibatan Karang Taruna dalam mengelola tempat parkirnya, pedagang berasal warga asli desanya, terlebih Pasar Desa ini sudah dikelola oleh BUMDes (Badan Usaha Milik Desa) karena akan menambah pendapatan asli desa (PADesa).

Dari kesemuanya itu, ternyata ada yang tidak kalah penting, yakni bagaimana dengan keberlanjutan perekonomian rakyat, setelah event empatahunan itu usai?

Penulis melihat perlunya penguatan BUMDes. Artinya, dengan adanya BUMDes, pengelolaan semisal Pasar Desa akan tetap terus ada, sekalipun para pengunjung dari luar (karena event PON usai) sudah tidak ada lagi. Dengan adanya Pasar Desa, disana adanya pertukaran uang, barang dan jasa. Disamping tidak adanya lagi pengunjung luar, sekali pun yang menjadi kemafhuman bersama, Pemerintah Pusat saat ini sedang mengefisiensi anggaran, termasuk anggaran ke daerah. maka dengan BUMDes ini masyarakat akan tetap berkelanjutan.(gusma)

Penulis: Agus Mauluddin (gusma)